Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emisi Karbon Dioksida China Meningkat 319 Juta Ton pada 2019

Dalam laporan tahunan Statistical Review of World Energy, emisi karbon dioksida China dari bahan bakar fosil meningkat 319 juta ton pada 2019, atau 3,4 persen, pertumbuhan terbesar sejak 2011.
Pembangkit listrik tenaga angin di China/ Bloomberg
Pembangkit listrik tenaga angin di China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Emisi karbon dioksida China dari bahan bakar fosil mencatat peningkatan terbesar sejak tahun 2011.

Menurut data BP Plc. dalam laporan tahunan Statistical Review of World Energy, emisi karbon dioksida China dari bahan bakar fosil meningkat 319 juta ton pada 2019, atau 3,4 persen, pertumbuhan terbesar sejak 2011.

Sementara itu, konsumsi minyak dan gas alam negara pengguna energi terbesar di dunia tersebut naik hingga mencapai rekor level tertinggi, sejalan dengan batu bara, menurut data yang dirilis Rabu (17/6/2020), seperti dilansir melalui Bloomberg.

Peningkatan emisi gas rumah kaca terjadi kendati pertumbuhan ekonomi China pada akhir tahun telah mencapai titik terendah sejak setidaknya awal 1990-an.

Prospek emisi negara yang juga dikenal sebagai penghasil polusi terbesar di dunia ini telah tertahan pandemi virus Corona (Covid-19), yang menghentikan aktivitas industri pada awal tahun.

Meski demikian, baru-baru ini ada tanda-tanda rebound yang semakin kuat, termasuk rekor impor minyak dan pembangkit listrik yang tumbuh dengan tingkat tercepat sejak September.

Selain itu, lambannya aktivitas pada akhir 2019 telah mendorong Beijing untuk melonggarkan beberapa pembatasan lingkungan.

Penasihat kebijakan senior global untuk Greenpeace di Beijing, Li Shuo, mengatakan China, yang menambang dan mengonsumsi separuh dari batu bara dunia, telah menambahkan pembangkit listrik yang membakar bahan bakar fosil karbon paling intensif sejak 2017.

Pembangkit-pembangkit listrik berdaya sekitar 46 gigawatt sedang dibangun di China pada Mei, menurut laporan kelompok ini yang diterbitkan pekan lalu.

"China telah menambah lebih banyak kapasitas tenaga batu bara sejak 2017 dan ada tanda-tanda bahwa hal ini memburuk," kata Li.

“Langkah itu didorong oleh pemerintah daerah yang membangun infrastruktur berskala besar, mencari keuntungan ekonomi jangka pendek dan mengabaikan risiko keuangan jangka panjang,” terangnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper