Bisnis.com, JAKARTA – China bergulat untuk mengendalikan penyebaran baru virus Corona (Covid-19) di Beijing dengan tumbuhnya angka kasus mencapai hampir 100 orang selama akhir pekan.
Perkembangan ini menjadi ujian terbesar bagi strategi penanggulangan Negeri Tirai Bambu sejak virus mematikan tersebut pertama kali muncul di Wuhan.
Petugas berwenang dikabarkan berkeliaran di sekitar kompleks perumahan, mengetuk pintu untuk menanyai warga apakah mereka pernah melakukan kontak dengan siapa saja yang mengunjungi pasar buah dan sayuran terbesar di kota itu, Xinfadi, tempat yang diyakini menjadi asal penyebaran baru virus Corona.
Di distrik Xicheng, di mana kasus pertama dari penyebaran baru tersebut ditemukan, warga mengantre pada akhir pekan di sebuah stadion olahraga yang telah dirancang ulang sebagai pusat pengujian.
Kasus-kasus baru Covid-19 kini telah menyebar ke pasar lain dan lebih dari dua puluh kompleks perumahan di kota tersebut diisolasi pada Senin (15/6/2020).
Sekolah dasar untuk siswa kelas satu sampai tiga menunda dimulainya kembali kegiatan belajar di kelas-kelas dan siswa sekolah menengah didorong untuk belajar dari rumah.
Baca Juga
Sejumlah perusahaan mengatakan kepada karyawan untuk bekerja dari rumah, kompleks perumahan menggenjot pemeriksaan keamanan, dan kolam renang ditutup.
"Risiko penyebaran virus sangat tinggi, dan langkah-langkah tegas dan ketat diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut,” ujar Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan pada Minggu (14/6/2020), seperti dikutip dari Bloomberg.
Bangkitnya kasus Covid-19 di ibu kota China yang berpopulasi lebih dari 20 juta orang ini secara tiba-tiba mengancam untuk mengganggu normalisasi kehidupan dan bisnis sehari-hari setelah China memadamkan epidemi pertamanya beberapa bulan lalu.
Wabah di Beijing, pusat budaya dan politik China tempat berkumpul para elit bisnis dan kepemimpinan politik, bisa menjadi penentu strategi pengendalian virus yang agresif oleh raksasa Asia ini.
Kendati melancarkan upaya menahan wabah di wilayah pusat dan timur lautnya melalui lockdown, China tidak pernah mengalami gejolak signifikan di sebuah kota besar sampai saat ini. Penerbangan domestik dan layanan kereta api di Beijing masih berjalan tanpa gangguan pada Senin pagi.
Namun, seiring dengan adanya kasus-kasus baru yang kemungkinan akan tumbuh ketika pengujian massal berlangsung, eskalasi tindak pembatasan di Beijing dapat terjadi dengan cepat.
“Satu kemungkinan adalah bahwa infeksi lebih lanjut akan diidentifikasi di seluruh kota dalam beberapa hari mendatang, dan lockdown di seluruh kota akan dilaksanakan selama beberapa pekan,” ujar Kepala divisi epidemiologi dan biostatistik di University of Hong Kong, Ben Cowling.
“Lockdown di China bisa sangat efektif karena infrastruktur untuk membatasi warga meninggalkan rumah mereka, tetapi juga pada saat yang sama memastikan bahwa mereka memiliki cukup makanan dan kebutuhan pokok lainnya,” jelasnya.
Penyebaran baru ini menyulut kembali kekhawatiran bahwa pandemi Covid-19, yang telah menjangkiti lebih dari 7,8 juta orang dan menewaskan lebih dari 430.000 orang di seluruh dunia, tidak akan musnah begitu saja.
Kasus infeksi di ibu kota Jepang, Tokyo juga meningkat, sementara beberapa negara bagian di Amerika Serikat seperti Florida melaporkan rekor peningkatan kasus.