Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapasitas Pemeriksaan Spesimen Virus Corona Naik Jadi 16.181

Kapasitas pemeriksaan virus corona dengan metode PCR dan TCM meningkat.
Cobas 8800, alat deteksi virus corona produksi perusahaan farmasi Roche/Twitter@KEMRI-Kenya
Cobas 8800, alat deteksi virus corona produksi perusahaan farmasi Roche/Twitter@KEMRI-Kenya

Bisnis.com, JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan adanya peningkatan kapasitas pemeriksaan spesimen sebanyak 16.181 pada hari ini, Selasa (8/6/2020).

Angka itu terbilang tinggi jika dibandingkan dengan pemeriksaan pada Senin (8/6/2020) kemarin yang mencapai 6.988. Kendati demikian, capaian pemeriksaan itu masih di bawah target yang diminta Presiden Joko Widodo yakni sebanyak 20.000 spesimen per harinya.

“Kita telah melakukan pemeriksaan spesimen sebanyak 16.181. Sehingga total spesimen yang sudah kita periksa sebanyak 429.161 spesimen,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Jakarta.

Yuri merinci angka itu diperoleh dari 15.511 spesimen yang diuji melalui RT PCR dan 670 spesimen melalui tes cepat molekuler atau TCM.

Kendati demikian, dia menerangkan, satu kasus dapat diambil lebih dari satu kali pengambilan dan lebih dari satu jenis spesimen.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat delapan laboratorium yang belum melaporkan hasil pemeriksaan PCR pada hari ini. Adapun, delapan laboratorium itu terletak di sejumlah kota di antaranya Mataram, Medan, DKI Jakarta, Palu, Surabaya dan Karawang.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta pelacakan virus corona dilakukan lebih masif lagi, sehingga menaikkan target uji spesimen menjadi 20.000 per hari.

“Untuk pengujian spesimen, saya kira, saya ucapkan terima kasih bahwa target pengujian spesimen yang dulu saya targetkan 10.000, ini sudah terlampaui dan saya harapkan target berikutnya 20.000 per hari. Ini harus sudah mulai kita rancang menuju ke sana,” katanya membuka rapat terbatas percepatan penanganan pandemi Covid-19, Kamis (4/6/2020).

Selain itu, Presiden juga meminta pelacakan agresif dilakukan dengan menggunakan bantuan sistem teknologi. Hal ini telah dilakukan oleh negara-negara lain.

“Misalnya Selandia Baru, mereka menggunakan digital diary, kemudian Korea Selatan mengembangkan mobile GPS untuk data-data sehingga pelacakan itu lebih termonitor dengan baik,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper