Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemulihan Aktivitas Pabrikan China Tak Dibarengi Penguatan Permintaan

Kekhawatiran yang muncul pun terkait dengan overproduksi yang akan mengakibatkan pabrikan China terus memangkas harga produk mereka.
Manufaktur China/Bloomberg
Manufaktur China/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pabrikan di China mulai kembali beroperasi, tetapi yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah permintaan pasar yang masih lemah.

Dilansir dari Bloomberg, Senin (1/6/2020), Justin Yu, Manager Sales Pinghu Mijia Child Product Co., mengatakan order mulai mengalami peningkatan dibandingkan dengan saat masih diterapkan lockdown, tetapi masih di bawah level normal. Perusahaan ini memproduksi mainan skuter untuk perusahaan ritel Amerika Serikat.

"Kami akan mendapatkan order yang lebih banyak pada bulan ini seiring dengan mendekati musim normal kami," kata Yu. Namun, dia menambahkan jika order yang datang masih 40 persen hingga 50 persen di bawah permintaan tahun lalu.

Saat ini, kapasitas produksi perusahaan tersebut berada di kisaran 70 persen dan 80 persen.

Pemulihan kembali aktivitas produksi industri China dengan permintaan yang belum sinkron tersebut ditunjukkan pada data kenaikan persediaan, walaupun telah terjadi perlambatan.

Kekhawatiran yang muncul pun terkait dengan overproduksi yang akan mengakibatkan pabrikan China terus memangkas harga produk mereka, memperparah deflasi global dan memperburuk tensi perdagangan, sebelum pada akhirnya memangkas produksi dan jumlah pekerja.

"Normalisasi produksi telah melebihi permintaan," kata Yao Wei, ekonom China dari Societe Generale SA.

Data purchasing manager index (PMI) pada Mei 2020 menggarisbawahi perlambatan pemulihan, dengan proyeksi indeks manufaktur turun dari 50,8 ke 50,6 pada bulan lalu, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Statistik Nasional China pada Minggu (31/5/2020).

Dengan outlook ekspor yang masih lemah, pabrikan seperti Fujian Strait Textile Technology Co. mengalihkan bisnis model mereka untuk menyasar pasar domestik. Sebelumnya, perusahaan ini menjual 60 persen produknya ke pasar Eropa dan Amerika Serikat sebelum virus corona menyebabkan penjualan anjlok.

Vice President Fujian Strait Textile Technology Dong Liu menyatakan perusahaannya saat ini mencari peluang di pasar lokal.

"Para eksekutif perusahaan kami mulai mengunjungi pasar lokal untuk mengenalkan produk kami ke lebih banyak calon klien," katanya.

Sejak 26 Mei, perusahaan tersebut telah menerapkan produksi 24 jam dengan kapasitas penuh. Persediaan hasil produksi diklaim telah habis terjual.

Namun, pengalihan bisnis ke pasar domestik ini bukan berarti tak ada halangan. Pasalnya, masyarakat China tidak akan menghabiskan belanja seperti sebelum adanya virus corona.

Pada April 2020, penjualan ritel di Negara Tira Bambu tersebut turun 7,5 persen, lebih dalam dari proyeksi yang sebesar 6 persen. Sektor restoran pun turun anjlok 31,1 persen dibandingkan tahun lalu, setelah terkoreksi dalam sebesar 46,8 persen pada Maret 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper