Bisnis.com, JAKARTA— India telah menggantikan China sebagai episenter virus corona di Asia sejalan dengan penambahan angka kematian yang kini telah mencapai 4.695 jiwa.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/5/2020), China yang menjadi tempat pertama penyebaran virus corona kini memiliki angka kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan India. China mencatatkan angka kematian sebesar 4.638 jiwa sedangkan India lebih tinggi dengan 4.695 jiwa.
Adapun, jumlah kasus di India mencapai 165.386 menurut data worldometer sedangkan China dengan 82.995 kasus. Negara dengan populasi 1,3 miliar penduduk itu menggandakan angka kematian akibat corona dalam waktu kurang dari sebulan.
Tercatat, jumlah kematian bertambah lebih dari 1.000 jiwa pada periode tersebut. Dengan demikian, para ahli memproyeksikan bahwa penyebaran virus corona tak akan mencapai puncaknya hingga Juni atau Juli.
Baca Juga : Begini Dampak Lockdown Terhadap Ekonomi India |
---|
Direktur Eksekutif George Institute of Global Health, Vivekanand Jha mengatakan bahwa harapannya karantina wilayah bisa mencegah penularan.
“Namun, itu tidak terjadi,” katanya.
Hal itu menjadi penanda bahwa penyebaran virus corona mulai terlihat di negara berkembang saat negara-negara maju lebih dulu merasakan dampaknya dengan jumlah kasus dan kematian yang lebih tinggi.
Potret yang sama juga terjadi di Brasil. Brasil menjadi episenter di Amerika Latin bahkan kini jumlah kasusnya menduduki posisi kedua secara global, setingkat di bawah Amerika Serikat.
Para ahli kesehatan telah memperingatkan sebelumnya bahaya virus corona yang muncul di negara berkembang seperti India karena memiliki strategi terbatas untuk melawan penyebaran virus.
Langkah karantina wilayah pun tak bisa dijalankan selama masyarakat bergantung pada pendapatan harian dan adanya kerumunan di wilayah kumuh sehingga praktik pembatasan sosial pun tak bisa diterapkan.
Di sisi lain, sistem kesehatan tak memiliki kapasitas yang mumpuni bahkan pada kondisi normal. Jha menilai sistem kesehatan akan berada pada posisi yang sulit. Dia menyebut fasilitas yang tersedia tak akan bisa memenuhi kebutuhan.
“Bila itu yang terjadi, sayangnya, kita akan melihat banyak orang yang menderita,” katanya.
Peningkatan infeksi virus corona di India turut terpacu akibat Perdana Menteri India, Narendra Modi meminta agar karantina wilayah diperlonggar secara bertahap sehingga mampu meningkatkan kegiatan ekonomi. India sendiri diproyeksi bakal mengalami kontraksi pertama kalinya selama 40 tahun terakhir.