Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amazon Ajak Konsumen Belanja Secukupnya

Amazon menyarakan kepada konsumennya agar tidak membeli barang yang tidak mereka butuhkan.
Truk Amazon di fasilitas Fullfillment Center di Baltimore, AS/ Bloomberg-Andrew Harrer
Truk Amazon di fasilitas Fullfillment Center di Baltimore, AS/ Bloomberg-Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi membuat orang bertindak dengan cara yang tidak biasa, tidak terkecuali perusahaan e-commerce terbesar dunia.

Bertolak belakang dengan hak prerogatif kapitalisme, Amazon.com Inc. justru mengecilkan hati konsumennya agar tidak membeli barang yang tidak mereka butuhkan.

Raksasa ritel itu kini disibukkan dengan pesanan-pesanan barang penting yang menumpuk.

Menurut sebuah laporan di Wall Street Journal, Amazon menekan konsumsi berlebihan dengan berbagai cara. Mereka tidak melakukan promosi normal dan tidak memberikan saran barang apa yang mungkin cocok untuk konsumen.

Amazon bahkan menunda promo diskon selama 48 jam atau Prime Day, yang seharusnya berlangsung pada 6-7 Juli mendatang. Pengalihan ini menunjukkan pula seberapa besar kontrol yang dimiliki Amazon terhadap perilaku konsumennya.

Dilansir melalui Bloomberg, algoritme perusahaan selalu mendorong perilaku belanja konsumen. Pada masa normal, sistem mungkin akan mengarahkan pengguna untuk membeli barang-barang mahal jika ada kecenderungan belanja konsumen untuk mengeluarkan uang lebih banyak.

Bukan hanya Amazon. Perusahaan lain juga mengurangi bentuk manipulasi online yang paling mendasar atau iklan bertarget (targeted advertising), bersamaan dengan pemangkasan anggaran pemasaran.

Chairman Expedia Group Inc. Barry Diller mengatakan perusahaannya biasa menghabiskan US$5 miliar untuk iklan dalam setahun, tetapi belanja tersebut mungkin tidak akan mencapai US$1 miliar tahun ini.

Industri perjalanan secara keseluruhan telah mengurangi porsi kebutuhan iklan secara drastis, tren ekonomi serupa juga terjadi di industri lain. Ini akan membuat iklan menjadi lebih murah, namun kondisi ini tidak akan bertahan lama.

Pada akhirnya ekonomi akan kembali hidup dan infrastruktur konsumsi berlebihan yang dipicu oleh internet akan siap membantu mendongkrak kembali permintaan.

Amazon, yang harga sahamnya naik lebih dari 40 persen sejak mencapai titik terendah pada 12 Maret, dapat membalikkan kondisi lebih awal daripada perusahaan lain yang menghadapi krisis yang lebih dalam.

Setelah rantai pasokannya kembali teratur, Amazon diperkirakan akan kembali ke keadaan semula, memohon konsumen untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper