Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan mencatat terjadi peningkatan kasus demam berdarah dengue pada Maret 2020 jika dibandingkan dengan Maret tahun lalu.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Achmad Yurianto membeberkan jumlah kasus pada bulan ini mencapai angka 41.805 atau meningkat 1.280 kasus dari tahun lalu.
“Sementara angka kematiannya adalah 265 hingga bulan ini,” kata Yuri melalui pesan tertulis yang diterima Bisnis, Rabu (15/4/2020).
Yuri mengatakan peningkatan kasus bahkan cenderung menjadi KLB masih terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Ia menyebutkan tiga provinsi dengan angka kematian tertinggi di Indonesia yakni NTT dengan 48 jiwa, Jawa Barat 33 jiwa, dan Jawa Timur 26 Jiwa.
“Fluktuasi jumlah kasus dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti meningkatnya curah hujan, perubahan lingkungan, kepadatan populasi manusia yang berdampak pada peningkatan tempat perkembangbiakan nyamuk, sehingga meningkatkan penularan,” kata Yuri.
Sementara itu anggota DPR dari Fraksi PPP Anas Thahir meminta pemerintah memberi perhatian pada kasus demam berdarah dengue (DBD) meski saat ini Indonesia tengah menghadapi pandemi Covid-19.
Anas mengatakan hal itu dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI dengan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dirjen Kesehatan Masyarakat, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, serta Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI secara virtual, Selasa (14/4/2020). Rapat dipimpin Ansory Siregar, Wakil Ketua komisi IX.
“Kami minta DBD dapat perhatian khusus dari pemerintah, sebab penyakit ini sama pentingnya dengan Covid-19, dan dampak kematiannya sama-sama tinggi,” kata Anas.
Ia juga mempertanyakan sosialisasi yang dilakukan Kemenkes untuk mengeliminasi DBD. Menurutnya, sosialisasi DBD terlalu lesu dan redup, dan mungkin tertutup pandemi Covid-19.
“Kami minta pemerintah mengangkat isu ini di sela-sela isu Covid-19 yang gemanya sudah sangat luar biasa,” tambahnya.