Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Lockdown Malaysia, Suplai Makanan Singapura Terancam

Kebijakan lockdown yang diterapkan Malaysia adalah ancaman terbaru bagi ekonomi Singapura yang sudah mulai pulih dari wabah virus corona. Kebijakan yang diumumkan Senin malam itu, mengancam pasokan makanan Singapura, yang bergantung pada produk buah-buahan dan sayuran dari Malaysia.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin (kiri) melambaikan tangan sebelum berangkat untuk upacara pelantikan di Istana Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (1/3/2020). Muhyiddin diangkat sebagai perdana menteri pada 29 Februari oleh raja negara itu untuk mengakhiri pergolakan enam hari perebutan kekuasaan setelah Mahathir Mohamad tiba-tiba mengundurkan diri pada hari Senin karena pertengkaran dalam koalisinya yang dulu. Bloomberg/Samsul Said
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin (kiri) melambaikan tangan sebelum berangkat untuk upacara pelantikan di Istana Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (1/3/2020). Muhyiddin diangkat sebagai perdana menteri pada 29 Februari oleh raja negara itu untuk mengakhiri pergolakan enam hari perebutan kekuasaan setelah Mahathir Mohamad tiba-tiba mengundurkan diri pada hari Senin karena pertengkaran dalam koalisinya yang dulu. Bloomberg/Samsul Said

Bisnis.com,JAKARTA - Kebijakan lockdown yang diterapkan Malaysia adalah ancaman terbaru bagi ekonomi Singapura yang sudah mulai pulih dari wabah virus corona. Kebijakan yang diumumkan Senin malam itu, mengancam pasokan makanan Singapura, yang bergantung pada produk buah-buahan dan sayuran dari Malaysia.

Selain itu, Maybank Kim Eng Research Pte. memperkirakan bahwa sekitar 400.000 warga Malaysia yang bekerja dan belajar di Singapura melintasi perbatasan setiap hari. Potensi guncangan ke ekonomi negara kota itu bisa menjadi besar.

"Melarang komuter harian pada dasarnya akan memangkas hampir sepersepuluh angkatan kerja Singapura, merugikan industri manufaktur dan jasa," kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank di Singapura, dilansir Bloomberg, Selasa (17/3/2020).

Ekonomi Singapura sebelumnya telah terpukul akibat wabah, dimana sektor pariwisata dan perdagangan paling terdampak. Maybank memperkirakan kontraksi 0,3 persen dalam produk domestik bruto pada 2020, dengan potensi penurunan yang lebih parah jika penutupan Malaysia juga berdampak signifikan pada ekonomi Negeri Singa.

"Malaysia dan Singapura tetap tergabung dalam geografi dan sejarah. Lockdown Malaysia, terutama pada perjalanan dan bisnis yang tidak penting, bisa berdampak buruk pada perekonomian Singapura," lanjutnya.

Pejabat Singapura kemarin berusaha menenangkan warga yang khawatir akan kehabisan persediaan makanan.

"Meskipun itu tak terduga dan belum pernah terjadi sebelumnya, saya kira kita hanya harus menunggu dan menilai mengingat itu hanya selama dua minggu, dan harus ada persediaan makanan yang cukup untuk menutupi periode itu," kata Selena Ling, kepala penelitian dan strategi di Oversea Chinese Banking Corporation Ltd. di Singapura.

Ling mengatakan dia memperkirakan kontraksi 0,9 persen year-on-year untuk pertumbuhan PDB kuartal pertama Singapura. Namun, risikonya juga akan merembet ke ke kuartal kedua.

Sementara para pejabat Singapura dipuji karena respons cepat, jelas, dan efektif pada tahap awal wabah, penyebaran global virus telah tantangan baru ke negara kota kecil dan terbuka itu. Jumlah infeksi telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan kasus-kasus baru terutama dari kedatangan di luar negeri.

Data ekonomi terbaru belum menunjukkan adanya penurunan dari wabah. Menurut data yang diterbitkan hari ini, ekspor domestik non-minyak meningkat 3 persen pada Februari dari tahun sebelumnya, termasuk kenaikan 2,5 persen dalam pengiriman elektronik.

Sebelum wabah virus terjadi, Singapura bersiap untuk rebound moderat menyusul kinerja pertumbuhan terburuk dalam satu dekade pada 2019. Pemerintah bulan lalu mengurangi perkiraan pertumbuhan ekonomi 2020 menjadi titik tengah 0,5 persen dari 1,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper