Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Pandemi Corona Tanpa Panik

Gerakan bersih-bersih dimulai Pemerintah Indonesia yang pantau langsung oleh Presiden Joko Widodo hari ini untuk mencegah penyebaran virus di Tanah Air. Langkah ini seakan merespons imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini yang meminta semua negara di dunia untuk lebih fokus menghadapi masalah global yang muncul akibat penyakit virus Corona (COVID-19).  Seberapa serius kasus virus Corona ini?
Petugas melakukan penyemprotan cairan disinfektan di area Masjid Istiqlal di Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Petugas melakukan penyemprotan cairan disinfektan di area Masjid Istiqlal di Jakarta, Jumat (13/3/2020).

Bisnis.com, JAKARTA—Gerakan bersih-bersih dimulai Pemerintah Indonesia yang pantau langsung oleh Presiden Joko Widodo hari ini untuk mencegah penyebaran virus di Tanah Air. Langkah ini seakan merespons imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini yang meminta semua negara di dunia untuk lebih fokus menghadapi masalah global yang muncul akibat penyakit virus Corona (COVID-19).  Seberapa serius kasus virus Corona ini?

Langkah antisipasi dan tindakan represif di banyak negara kian ditingkatkan menyusul pernyataan WHO atas kategori pandemi untuk penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus Corona (COVID-19) pada 11 Maret lalu. Status pandemi itu terkait dengan massifnya penyebaran penyakit dan juga adanya risiko pertambahan jumlah korban.

Berdasarkan catatan WHO dalam 2 pekan terakhir, jumlah kasus COVID-19 di luar China telah meningkat 13 kali lipat dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat.  Pada saat pengumuman pandemi, WHO juga menyebutkan lebih dari 118.000 kasus di 114 negara dan 4.291 orang telah kehilangan nyawa. Ribuan lainnya tengah berjuang untuk hidup di rumah sakit. Dari jumlah itu, ditengarai ada 81 negara belum melaporkan kasus dan sebanyak 57 negara memberi report jumlah 10 kasus atau kurang.

Hal yang perlu digarisbawahi dan menjadi perhatian bersama, WHO memprediksikan pada pekan mendatang jumlah kasus, kematian, dan jumlah negara yang terkena dampak berisiko naik lebih tinggi.

Pandemi, epidemi, endemi

Istilah pandemi merupakan kategori penyebaran penyakit menular yang lebih tinggi dari epidemi dengan sebaran lintas benua atau di seluruh dunia. Penyakit endemik luas yang stabil dan menyebabkan orang sakit, tidak termasuk pandemi. Begitu pula istilah pandemi ini juga mengecualikan penyakit kekambuhan semisal flu musiman.  

Penyakit yang masuk kategori pandemi dari WHO saat ini adalah flu Spanyol (1918), HIV/AIDS, flu babi (2009) dan COVID-19.

Adapun istilah epidemi disematkan untuk penyebaran penyakit menular yang cepat ke sejumlah besar orang dalam populasi tertentu dalam waktu singkat. SARS (2003) adalah salah satu contoh penyakit yang masuk kategori epidemi. 

Sementara itu, status endemi diberikan untuk penyakit yang penyebaran wilayahnya lebih kecil lagi atau terkait dengan wilayah tertentu. Contoh endemi di Indonesia yaitu wilayah tertentu yang mudah terjangkit penyakit, misal malaria, yang sering muncul di daerah itu dengan frekuensi rendah.

Cakupan penyebaran penyakit yang lebih kecil adalah wabah. Istilah ini ditujukan untuk penyebaran penyakit di masyarakat pada musim-musim tertentu. Wabah ini juga bisa terjadi secara terus menerus, mulai hitungan hari hingga tahun. Tidak hanya di satu wilayah, tetapi bisa juga meluas ke daerah atau negara lain.

Kemunculan COVID-19

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis Indonesia Resources Center, debut COVID-19 dimulai di China pada akhir 2019 dan hingga mendekati pertengahan Maret 2020, penyakit ini terus menyebar ke negara-negara di seluruh dunia. Awalnya, pihak otoritas China mengidentifikasi kasus pneumonia yang terjadi pada beberapa kelompok masyarakat di Wuhan, kota dengan 11 juta penduduk dan ibu kota Provinsi Hubei.

Saat itu, kasus ini segera diidentifikasi dan diketahui penyebabnya yaitu jenis virus Corona yang oleh Kelompok Studi Coronavirus dari Komite Internasional Taksonomi Virus diberi nama sindrom pernapasan akut berat virus Corona 2 (SARS-CoV-2).

Dalam perkembangannya, WHO merekomendasikan penamaan sementara dengan nama 2019-nCoV sebelum akhirnya resmi menyematkan nama COVID-19 pada 11 Februari 2020.

Sebagai informasi, virus Corona merupakan virus yang sudah dikenal lama oleh para peneliti bidang kesehatan sejak 1965. Varian dari virus Corona ini juga dianggap bertanggung jawab atas penyakit SARS pada 2002-2003 ketika kasus ini menjadi epidemi yang juga menimbulkan kepanikan luar biasa.

SARS pertama kali muncul di Guangdong China pada November 2002 dan terus menyebar cepat ke 32 negara dan teritori hingga Agustus 2003. Tercatat total kumulatif 8.422 kasus dan 916 kematian akibat SARS.

Tak hanya SARS. Corona juga menjadi penyebab dari penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV). Penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini menular dari unta ke manusia, serta dari manusia ke manusia.

MERS-CoV ditengarai berasal dari unta yang hidup di negara-negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Yordania, dan Yaman. Penyakit ini kemudian menyebar ke Eropa dan Amerika.

Di luar China

Kasus pertama COVID-19 di luar China terjadi pada 13 Januari 2020 di Thailand dan tidak lama berselang, muncul kasus di Jepang pada 16 Januari 2020. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, Pemerintah China pada tanggal 23 Januari 2020 ‘mengunci’ kota Wuhan dengan menutup akses ke wilayah tersebut. Akan tetapi, upaya tersebut dinilai terlambat karena COVID-19 kadung menyebar.

Melihat kecenderungan jumlah korban yang meningkat, WHO pada 5 Februari 2020 telah mengeluarkan imbauan kepada publik beberapa langkah pencegahan menyebarnya virus Corona. Langkah itu a.l. menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut, sesering mungkin mencuci tangan dengan air secara menyeluruh ditambah sabun dan cairan berbasis alkohol.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk mempertahankan jarak sekira 1 meter (3 kaki) antara diri sendiri dan siapa saja orang lain yang batuk atau bersin. WHO juga mengeluarkan imbauan agar orang yang memiliki gejala seperti demam, batuk, dan sulit bernapas untuk segera mencari perawatan medis.

Akan tetapi, imbauan WHO tak luput dari kecaman publik karena dinilai terlambat. Dari kanal youtube resmi WHO, dapat dibaca banyaknya komentar pedas yang tertuju pada salah satu badan PBB ini. WHO dianggap tak sigap mengatasi penyebaran virus Corona sehingga bisa meluas seperti saat ini.  Seperti diketahui, Konstitusi WHO menyatakan tugas utama organisasi yang berbasis di Jenewa, Swiss ini yaitu membasmi penyakit, khususnya penyakit menular.

Hingga 13 Maret 2020, COVID-19 sudah menyebar di 127 negara dan teritori di seluruh dunia dan satu kapal pesiar internasional (Diamond Princess yang kini masih berlabuh di Yokohama, Jepang).

Data dari WHO yang disusun kembali dan di-up date secara lebih cepat dan rapi oleh Worldometers memungkinkan publik bisa mendapat informasi lebih awal setiap hari.  Data Worldometer ini berasal dari para tim peneliti dan sukarelawan internasional dengan merujuk informasi dari otoritas resmi di tiap negara.

Pantauan perkembangan penyebaran penyakit ini menjadi penting untuk mengukur dan memperkirakan sejauh mana tingkat kegentingan, strategi penanggulangan dan langkah pencegahan yang harus ditempuh agar angka jatuhnya korban tidak menjadi eksponensial.

Peran Medsos

Ada yang unik dari kasus Corona ini dengan peran dominan media sosial dalam menyebarkan informasi khususnya di Indonesia. Penggunaan Internet untuk bersosialisasi melalui media sosial memiliki peranan sangat penting bak dua sisi mata uang.

Pertama, membuat kekhawatiran berlebihan dengan ‘bumbu’ hoax dan disinformasi dalam penyebaran informasi atau sebaliknya menjadikan abai, terlalu percaya diri atas bahaya yang bisa ditimbulkan.

Masyarakat dapat dengan mudahnya membuat dan atau turut menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Penemuan obat tradisional semisal jahe, kunyit, hingga temulawak mewarnai informasi seputar cara mencegah, bahkan mengobati virus Corona. Supaya lebih meyakinkan, info ini ditambahi nama-nama dokter berikut institusinya.

Banyak contoh hoax yang beredar mulai dari yang seolah-olah menjadi pedoman  hingga yang bermuatan aneh dan lucu. Hingga 12 Maret, Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan 196 hoax dan disinformasi seputar virus corona di Indonesia.

 

Kedua, sisi positif dalam membatu para peneliti untuk saling bertukar informasi. Dalam kondisi darurat yang dibatasi jarak dan waktu, keberadaan Internet membuat para ilmuwan di bidang medis bisa dengan cepat belajar lebih banyak tentang masalah baru.

Bayangkan tanpa adanya teknologi yang memudahkan penyebaran informasi dengan begitu terbuka, penyakit virus Corona ini akan menjadi mesin pembunuh menakutkan yang membuat orang bertanya-tanya tentang apa yang tengah terjadi.

Kasus flu Spanyol tahun 1918-1920 menjadi contoh bagaimana kurangnya pengetahuan yang berujung pada kematian manusia secara massif. Dampak global pandemi influenza dari Negeri Matador yang merenggut 50 juta hingga 100 juta jiwa adalah yang terbesar dalam sejarah dunia yang dicatat hingga kini.

Bahkan dengan pengetahuan dan informasi yang memadai sekalipun, risiko penyebaran virus Corona tidak bisa diabaikan. Melihat bagaimana sibuknya China, Korsel, Iran dan Italia dalam mengatasi infeksi virus Corona, pepatah mencegah lebih baik daripada mengobati harus jadi pilihan utama.

Dengan jumlah pasien yang positif terinfeksi virus Corona hingga 113.981 (per 13 Maret) hanya di keempat negara itu, China, Italia, Korsel, dan Iran mendominasi hampir 85% korban di seluruh dunia. Bila diibaratkan, China merupakan episentrum penyebaran virus Corona, Korsel menjadi pusat di Asia Timur, Iran pusat di Timur Tengah, dan Italia di Eropa.

 Fakta yang dihadapi saat ini bahwa virus Corona telah menyebar secara luas. Pernyataan pandemi dan peringatan masih akan bertambahnya jumlah korban dari WHO tak boleh dianggap sebelah mata. Berdiam diri atau terlalu percaya diri tidak menjamin risiko penyebaran virus Corona akan menyasar Indonesia.

Dalam kondisi seperti ini, agaknya tindakan preventif dan represif perlu dijalankan secara berbarengan dalam satu protokol yang terstruktur. Langkah-langkah penanganan perlu dijelaskan dalam bahasa sesederhana mungkin agar masyarakat lebih paham mengatasi segala kemungkinan apabila virus Corona mampir di Tanah Air.

Langkah Antisipasi

Pasalnya, fakta yang terjadi ketika virus Corona pertama kali muncul di Indonesia justru memperlihatkan sikap otoritas yang terkoordinasi. Terjadi simpang siur informasi antara pernyataan yang menemukan virus dan keterangan bahwa temuan itu terjadi atas dasar laporan pasien.

Belum lagi contoh lain kegugupan yang tampak dari cara penanganan korban terinfeksi, di mana rumah pasien korban perdana diberi digaris polisi.  Selain itu, banyak pihak latah bicara Corona dan menjadi ahli kesehatan dadakan yang membuat suasana menjadi riuh.

Di sisi lain, tak lama begitu pemerintah menyatakan ada dua kasus positif virus Corona, sebagian warga ada yang langsung menyikapi dengan panic buying untuk berbelanja berlebihan dan dalam jumlah besar karena unsur rasa takut. Sebagian kecil lainnya juga memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ini dengan menimbun masker. 

Selain karena memang masyarkatnya yang belum dewasa dalam bersikap. Edukasi dan informasi dari pemerintah tentang virus Corona ini juga terkesan belum merata di seluruh wilayah. Patut menjadi catatan, krisis 1998 dan beberapa gejolak sosial ekonomi sebelumnya memerlihatkan betapa mudahnya masyarakat digoyang isu hoax.

Keberadaan protokol yang sudah dimiliki saat ini hendaknya dapat tersosialisasi dan menjadi perhatian masyarakat di seluruh pelosok agar tidak ada sikap panik bila terjadi kondisi yang tak diinginkan.

Bandingkan dengan masyarakat di luar negeri yang lebih dewasa dalam menyikapi kasus Corona ini. Sederet nama top lain mulai dari artis (a.l Tom Hanks dan Rita Wilson, pasangannya), atlet hingga anggota parlemen seakan tidak malu atau takut menyatakan dirinya terkena virus Corona. Pertanyaan mendasar, seberapa bugarnya diri Anda dibandingkan dengan pesepakbola Juventus, yang juga bisa dinyatakan positif virus Corona.  

Atau Menteri Kesehatan Inggris menyatakan dirinya bahwa positif kena virus Corona dan melakukan isolasi di kediamannya. Bahkan Presiden Portugal yang belum positif, minta dirinya untuk dikarantina karena sebelumnya telah menerima tamu rombongan anak sekolah yang belakangan terinfeksi virus Corona.

Jadi, terjangkit virus Corona bukanlah aib apalagi kemudian dipresepsikan sebagai tindak kriminal sehingga harus digaris polisi. Karena itu, kunci pencegahan dan penanggulangan penyakit virus Corona ini ada di dalam cara berkomunikasi yang efektif kepada publik.

 TIM RISET BISNIS INDONESIA

Bisnis Indonesia Resources Center 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper