Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan minyak milik Pemerintah Rusia Rosneft PJSC berencana untuk mendongkrak produksi minyak secepatnya setelah kesepakatan OPEC+ saat ini berakhir.
Hal itu merupakan tanggapan pertama Rusia terhadap perang harga minyak yang diluncurkan oleh Arab Saudi selama akhir pekan lalu. Rosneft bisa segera mulai meningkatkan produksi setelah 1 April 2020.
Dilansir Bloomberg, Senin (9/3/2020), menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, Rosneft telah bersiap untuk skenario apa pun dan akan mampu menahan kejatuhan harga minyak saat ini.
Adapun, mengenai seberapa cepat Rosneft dapat meningkatkan produksi, orang itu membenarkan perkiraan para analis bahwa perusahaan dapat meningkatkan produksi sebesar 300.000 barel per hari dalam satu atau dua minggu.
Kepala Eksekutif Rosneft Igor Sechin adalah sekutu dekat Presiden Vladimir Putin dan telah menjadi penentang paling penting dari kerja sama negara tersebut dengan Arab Saudi dan negara-negara lain dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak untuk mengekang produksi minyak.
Pekan lalu di Wina, para menteri dari Rusia, Arab Saudi dan anggota lain dari kelompok ini meninggalkan pertemuan yang kacau tanpa kesepakatan untuk melanjutkan pemotongan setelah 1 April. Arab Saudi mendiskon besar-besaran minyaknya selama akhir pekan, memicu penurunan lebih dari 20 persen harga minyak mentah berjangka internasional.
Saham Rosneft yang terdaftar di London turun 19,5 persen pada Senin, sementara pasar di Moskow ditutup karena libur.
Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Keuangan Rusia mengatakan bahwa cadangan kekayaan minyak negara itu akan cukup untuk menutupi kehilangan pendapatan selama enam hingga 10 tahun dengan harga minyak US $25 hingga US $30 per barel.