Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Korea Selatan Tumbuh 4,5 Persen di Tengah Wabah Corona

Ekspor Korea Selatan naik untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun karena penjualan semikonduktor.
Ekspor Korea Selatan naik untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun karena penjualan semikonduktor. Namun demikian, peningkatan ini mungkin berumur pendek karena wabah virus Corona berdampak pada perdagangan dunia./Ilustrasi
Ekspor Korea Selatan naik untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun karena penjualan semikonduktor. Namun demikian, peningkatan ini mungkin berumur pendek karena wabah virus Corona berdampak pada perdagangan dunia./Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor Korea Selatan naik untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun karena penjualan semikonduktor. Namun demikian, peningkatan ini mungkin berumur pendek karena wabah virus Corona berdampak pada perdagangan dunia.

Dilansir Bloomberg, Minggu (1/3/2020), Kementerian Perdagangan Korea Selatan menyatakan, ekspor meningkat 4,5 persen secara year-on-year pada Februari 2020. Para ekonom sebelumnya memprediksi pertumbuhan 2,8 persen.

Namun, arus barang diperkirakan lebih buruk dari angka itu akibat Tahun Baru Imlek yang menambahkan tiga hari libur kerja pada tahun ini di banyak ekonomi Asia. Hal itu setara sekitar 18 persen peningkatan dalam waktu kerja dibandingkan dengan 2019.

Pengiriman harian rata-rata Korea Selatan turun 11,7 persen pada bulan lalu. Data juga menunjukkan aktivitas di sektor manufaktur China mengalami penurunan tajam pada Februari.

Sementara itu, Presiden Moon Jae-in sebelumnya menyerukan langkah-langkah luar biasa untuk melindungi ekonomi dari wabah Corona, karena jumlah kasus domestik meningkat.

Menteri Keuangan Hong Nam-ki mengatakan pada Jumat bahwa pemerintah sedang menyusun anggaran tambahan dengan lebih dari US$5,1 miliar.

Analis telah memangkas proyeksi laju pertumbuhan negara dan Bank of Korea mengatakan sekarang adalah peluang kontraksi pada kuartal pertama.

Korea Selatan adalah pemimpin penting permintaan teknologi global karena merupakan produsen chip memori terbesar dalam segala hal mulai dari komputer hingga smartphone.

"Kami sekarang melihat gangguan jangka pendek yang luar biasa dari Korea ke Thailand ke Italia, karena perusahaan menyadari ini bukan hanya masalah China," kata Nick Vyas dari Fakultas Bisnis Universitas Marshall California Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper