Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 24 orang tewas di Delhi akibat aksi demonstrasi yang semakin memanas di Ibu Kota India tersebut. Demonstrasi terjadi antara pendukung dan penolak Undang-undang kewarganegaraan bagi minoritas.
Dikutip dari Aljazeera, Rabu (26/2), setidaknya 24 orang tewas setelah Delhi dihantam kekerasan agama terburuk dalam beberapa dekade. Hal ini dipicu oleh aksi protes atas undang-undang kewarganegaraan yang diskriminatif.
Hampir 200 orang terluka dalam tiga hari kekerasan di daerah berpenduduk Muslim di timur laut Delhi. Polisi dituduh ‘melarikan diri’ ketika gerombolan mengamuk, membunuh orang dan merusak properti, termasuk masjid.
Dikutip dari CNN International, Asad Ali yang bekerja di sebuah pabrik, mengatakan dia telah menyaksikan kekerasan di Delhi Timur. "Ada banyak gerombolan di luar dan mereka berlarian dengan tongkat memecahkan jendela dan menghancurkan kendaraan. Kami tidak dapat meninggalkan rumah kami. Mereka juga melempari batu," katanya.
Beberapa wartawan India juga terluka saat meliput bentrokan itu. Arvind Gunasekar, seorang koresponden yang bekerja untuk NDTV, mengatakan kepada CNN bahwa dia berada di Delhi Timur melaporkan kekerasan di kuburan Muslim pada hari Senin ketika gerombolan sekitar 20 orang mendatanginya. Gunasekar mengatakan kelompok itu meneriakkan slogan-slogan pro-Hindu.
Seperti diketahui, India tengah menghadapi aksi protes besar-besaran atas aturan baru yang kontroversial, Citizenship Amendment Act (CAA). Aturan ini memberikan kewarganegaraan India kepada pencari suaka dari tiga negara tetangga, tetapi tidak jika mereka adalah Muslim.
Baca Juga
Di saat yang sama, Presiden AS Donald Trump bertandang mengunjungi Narendra Modi, Perdana Menteri India. Dikutip dari Channel News Asia, mereka telah sepakat untuk segera menyimpulkan pembicaraan mengenai kesepakatan perdagangan AS-India.