Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Dominasi Alokasi Dana Riset, Inovasi Sulit Berkembang

Seharusnya, alokasi dana riset yang lebih besar datang dari sektor swasta. Pasalnya, sektor swasta lah yang lebih mengerti kebutuhan riil. Untuk hal ini, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara Asean macam Malaysia atau Thailand.
Wapres Ma'ruf Amin/Facebook-Kiyai.MarufAmin
Wapres Ma'ruf Amin/Facebook-Kiyai.MarufAmin

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mendominasi sumber anggaran terhadap inovasi dan teknologi di Tanah Air. 80 persen dari total alokasi yang ada, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Akibatnya, inovasi menjadi sulit berkembang.

Wakil Presiden Ma`ruf Amin mengatakan berdasarkan data Global Innovation Index (GGI) 2018, alokasi anggaran penelitian dan pengembangan teknologi di Indonesia mencapai angka Rp27 triliun.

Total ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan sejumlah negara Asean. Dia mencontohkan, beberapa negara lain seperti Filipina hanya menggelontorkan dana Rp12 triliun dan Vietnam Rp24 triliun untuk program yang sama.

“Di Indonesia, alokasi terbesar didominasi pembiayaannya oleh Pemerintah, sedangkan di negara Asean didominasi oleh industri,” katanya saat membuka Rapat Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Jakarta, Senin (24/2/2020).

Tingginya sumber dana tidak menentukan ketercukupan jumlah peneliti. Menurut Wapres, jumlah peneliti di Tanah Air masih kalah dibandingkan negara Asean. Saat ini Indonesia hanya memiliki 89 peneliti per juta penduduk. Sedangkan Vietnam memiliki 673 peneliti per juta penduduk.

Selain itu, menurut laporan GII pada 2019, Indonesia berada peringkat ke-85 dari 129 negara di dunia dan peringkat kedua terendah di di Asean. “Indikator terburuk adalah lemahnya institusi,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan sumber dana riset di Indonesia hanya sekitar 0,25 persen dari Gross Domestic Product (GDP).

Jumlah itu masih kalah jauh dibandingkan dengan negara paling maju di dunia yaitu Korea Selatan. Negara itu mencatatkan sumber alokasi dana riset di atas 4 persen dari GDP.

“0,25 persen ini belum puncak masalahnya. Puncak masalahnya adalah dengan anggaran atau pendanaan yang sedikit tadi, 80 persennya datang dari APBN atau dari Pemerintah. Hanya 20 persen yang dari swasta,” terangnya.

Situasi ini mengindikasikan bahwa inovasi dan teknologi di Indonesia sulit berkembang karena tidak didorong oleh kebutuhan rill. Pasalnya hanya pemerintah yang sibuk melakukan riset dan pengembangan teknologi.

Berbeda dengan Korea Selatan dan Thailand atau Jepang. Sumber dana riset di negara itu didominasi oleh swasta sekitar, 70 - 80 persen dari total anggaran. Sedangkan, pemerintah hanya mengisi sekitar 20 persen.

"Kenapa itu ideal? karena swasta-lah yang tahu apa yang menjadi kebutuhan di market yang membutuhkan riset dan inovasi. Bukan Pemerintah. Kalau Pemerintah yang sibuk, maka ujungnya adalah penyerapan anggaran yang tidak berujung pangkal, yang tidak jelas apa fokus risetnya," imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Andya Dhyaksa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper