Bisnis.com, JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo mencemaskan pengendalian partai politik di Indonesia oleh pemodal dan kekuatan asing.
“Tidak ada partai politik yang tidak memiliki kaki tangan para pemodal,” katanya dalam peluncuran lembaga kajian Nagara Institute (NI) di Jakarta, Senin (17/2/2020).
Bambang menjelaskan bahwa kekuatan eksternal tersebut terlibat semenjak sebuah partai politik hendak menggelar musyawarah nasional, kongres, atau muktamar. Dalam forum tertinggi itu partai politik biasanya memilih pemimpin tertinggi, ketua umum atau presiden.
“Setiap munas, muktamar asing ikut cawe-cawe mensponsori. Modalnya paling mahal Rp1 triliun. Ini pengalaman,” ujarnya.
Menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini, pengendalian atas sebuah partai politik merupakan pintu masuk menguasai Indonesia. Pasalnya, partai politiklah sumber rekrutmen anggota parlemen, kepala daerah, hingga presiden dan wakil presiden.
“Untuk menguasai Indonesia tidak perlu kirim pasukan perang tapi cukup kuasai partai politik yang ada,” tuturnya.
Bambang melontarkan pernyataan itu ketika peluncuran lembaga kajian baru bernama Nagara Institute (NI). Dalam riset perdananya, NI mengkaji dampak merusak politik dinasti terhadap demokrasi di Tanah Air.
Berbeda dengan NI, Bambang menilai politik dinasti bukan akar utama ekses negatif demokrasi Indonesia. Kekhawatiran terbesar bekas Ketua DPR ini adalah pengendalian pemodal dan kekuatan asing pada partai politik.
“Ini merupakan kenyataan. Kalau sistem ini kita pertahankan jangan mimpi kita bisa berdikari [berdiri di atas kaki sendiri],” ucapnya.
NI merupakan lembaga baru yang dibentuk oleh politikus Partai Nasdem Akbar Faizal bersama dengan sejumlah akademisi dan tokoh partai politik. Dia mengaku korban politik dinasti sehingga gagal terpilih kembali sebagai anggota DPR di Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan II pada Pileg 2019.