Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan hanya tumbuh 4,5% pada kuartal I/2020 menyusul dengan merebaknya wabah virus corona di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Berdasarkan konsensus ekonom yang dihimpun oleh Bloomberg, Jumat (31/1/2020), angka tersebut tercatat turun dari realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal sebelumnya yang mencapai 6%.
Mengutip laporan yang disusun oleh ekonom Chang Shu, Jamie Rush, dan Tom Orlik, penurunan tersebut berada di bawah target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah China, sebelum wabah virus itu merebak di China dan luar negeri.
Seperti diketahui, merebaknya virus itu telah menghantam perekonomian China dengan sejumlah korporasi di dalam dan luar negeri mengumumkan bakal menutup operasinya atau menunda ekspansinya ke negeri itu.
Proyeksi itu didapat berdasarkan penyebaran SARS pada 2003 yang juga menghantam ekonomi China. Perlambatan pertumbuhan ekonomi China diperkirakan masih terus terjadi pada kuartal II/2020 yakni 5,7%, turun dibandingkan kuartal sebelumnya pada 2019 sebesar 6,1%.
Selain China, Hong Kong juga harus menghadapi ancaman penurunan pertumbuhan ekonomi hingga 1,7% pada kuartal awal tahun ini, jika wabah virus corona tak segera mereda. Negara tetangganya, Korea Selatan dan Jepang pun tak mampu mengelak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi, sedangkan ekonomi Amerika Serikat dan Uni Eropa bakal terseret turun sekitar 0,1%.
Jika wabah virus ini terus berlangsung dalam waktu lama, bahkan sampai kuartal kedua tahun ini, maka pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu ini bakal terpangkas menjadi 5,6% pada tahun ini.