Bisnis.com, JAKARTA – Satu persatu perusahaan global mengurangi aktivitas bisnisnya di China seiring dengan meluasnya wabah virus corona (coronavirus) baru yang telah membunuh lebih dari 130 orang.
Toyota Motor Corp. menjadi perusahaan nomor kesekian yang menghentikan operasinya di China. Operasional pabrikan mobil kenamaan asal Jepang ini dihentikan hingga 9 Februari 2020.
“Mengingat berbagai faktor termasuk panduan oleh pemerintah daerah dan lokal, berikut kondisi pasokan suku cadang, per 29 Januari [2020], kami telah memutuskan untuk menghentikan operasi di pabrik-pabrik kami di China hingga 9 Februari,” ujar Maki Niimi, juru bicara Toyota Motor.
“Kami akan memantau situasi tersebut dan membuat keputusan lebih lanjut tentang operasi kami mulai 10 Februari,” lanjutnya, dilansir dari Bloomberg, Rabu (29/1/2020).
Perusahaan telah membatasi perjalanan ke provinsi Hubei, berdasarkan panduan dari Kementerian Luar Negeri Jepang. Ibu kota provinsi ini, Wuhan, merupakan kota di mana wabah virus corona baru bermula.
Menurut Niimi, meskipun tidak memberikan batasan untuk wilayah lain di China, Toyota telah meminta karyawannya agar menghindari perjalanan yang tidak perlu ke wilayah lain di negara itu.
Baca Juga
“Saat ini tidak ada karyawan Toyota di Wuhan, ibu kota Hubei, ataupun provinsi ini,” tambah Niimi.
Meski demikian, ia tidak dapat memperkirakan dampak penghentian produksi ini terhadap rantai pasokan Toyota.
“Karena ada rantai pasokan yang luas di industri otomotif dan ada berbagai macam bagian dan komponen yang digunakan untuk kendaraan, sulit untuk berkomentar secara khusus,” kilahnya.
Sebelum Toyota, peritel ternama asal Jepang yakni Fast Retailing Co. telah menutup sekitar 50 tokonya di China untuk sementara waktu.
Rantai restoran cepat saji McDonald’s, yang memiliki sekitar 3.000 toko di China pada akhir 2018, untuk sementara waktu juga menutup gerainya di lima kota di provinsi Hubei karena virus itu, termasuk Wuhan.
Sementara itu, jumlah korban jiwa akibat wabah virus corona di China telah naik menjadi 132 orang per Rabu pagi (29/1) waktu setempat, menurut Komisi Kesehatan Nasional China, dengan jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi di China mencapai hampir 6.000.