Bisnis.com, JAKARTA-Airbus SE telah mencapai sebuah kesepakatan prinsip dengan otoritas berwenang di Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat untuk menyelesaikan kasus tuduhan suap yang membayangi produsen pesawat Eropa itu selama bertahun-tahun.
Dilansir melalui Bloomberg, mengutip seorang sumber, kesepakatan itu dapat menelan biaya US$3 miliar bagi Airbus.
Menurut sebuah pernyataan yang dirlis pada Selasa (28/1/2020), Airbus mengatakan bahwa mereka tetap tunduk pada persetujuan pengadilan di tiga negara, serta regulator AS.
Tuduhan yang ditujukan kepada Airbus termasuk kecurigaan penggunaan perantara untuk mengamankan pesanan pesawat, sebuah praktik yang digunakan Airbus ketika mencoba menyaingi rivalnya, Boeing Co.
Penyelesaian ini akan memungkinan Airbus untuk bergerak maju dari kasus yang sudah berjalan lama, pada saat yang sama ketika Boeing tengah berjuang pasca larangan terbang pesawat 737 Max menyusul dua kecelakaan maut yang melibatkan model tersebut.
"Ini adalah waktu yang tepat, jika [perusahaan] Anda dihadapi dengan tuduhan dan segera menyelesaikannya, sementara pesaing Anda sedang menghadapi masalah," kata George Ferguson, seorang analis Bloomberg Intelligence, dikutip Selasa (28/1).
Baca Juga
Produsen pesawat yang berbasis di Perancis itu tidak dapat memberikan detil diskusi atas alasan hukum. Serious Fraud Office di Inggris, Departemen Kehakiman AS dan perwakilan di kantor penuntut keuangan Perancis, Parquet National Financier menolak memberikan komentar terkait dengan hal tersebut.
Sebelumnya, Financial Times melaporkan bahwa denda penyelesaian dengan Inggris ditetapkan akan melampaui 500 juta pound atau sebesar US$651 juta yang dibayarkan oleh produsen mesin jet, Rolls-Royce Holdings Plc.
Tuduhan korupsi ini melibatkan pangkat tertinggi di Airbus dan bertanggung jawab sebagian atas fenomena eksodus dari para manajemen di posisi teratas.
Di tengah kasus yang memanas, tahun lalu Airbus membatalkan penerbitan buku yang ditujukan pada sejarah 50 tahun perusahaan, dengan kekhawatiran dapat mengganggu proses hukum yang berjalan.
Saat proses penyelidikan siap dilakukan, Airbus tiba-tiba berhenti menggunakan jasa agen dan mengatakan akan bekerjasama dengan pihak berwenang.
Perusahaan menanggapi kasus ini dengan mengganti sebagian besar manajemen teratas sementara sebagian lagi pensiun, termasuk mantan CEO Tom Enders.
Kemajuan untuk mempercepat penyelesaian kasus Airbus ini diperlambat oleh banyak masalah, termasuk ketersediaan hakim di Perancis dan Inggris, penjadwalan liburan dan perbedaan prosedural, menurut seorang sumber.