Bisnis.com, JAKARTA - Ketika perjanjian dagang AS dan China tercapai, jalan Boeing untuk masuk ke pasar penerbangan terbesar kedua di dunia seharusnya terbuka lebar.
Kenyataan justru sebaliknya, Boeing telah tertinggal jauh dari Airbus. Sejak tahun lalu, China Aviation Supplies Holding Co. telah melakukan pembicaraan serius terkait perencanaan pengadaan pesawat untuk maskapai berbendera China dalam lima tahun ke depan.
Salah satu sumber Bloomberg mengungkapkan pembicaraan dengan Airbus ini terjadi ketika hubungan dagang dengan AS memanas tahun lalu. Boeing memperkirakan pasar China membutuhkan sebanyak 8.000 pesawat dalam dua dekade mendatang. Dengan perkembangan ini, Boeing telah tertinggal jauh dari Airbus yang telah masuk ke pasar China terlebih dahulu.
CEO Boeing Dave Calhoun menyuarakan optimisme bahwa Boeing akan terus memiliki hubungan yang baik dengan China. Sayangnya, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, yang merupakan perencana ekonomi utama Tiongkok, dan China Aviation Supplies Holding Co. tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Begitupun Airbus, produsen pesawat yang berbasis di Prancis tersebut menolak berkomentar terkait pernyataan ini. Perang dagang telah menghambat kapitalisasi Boeing untuk mendongkrak permintaan di China. Adapun, potensi pengadaan pesawat dan layanan di bandara China mencapai US$2,9 triliun.
Saat ini China berencana membeli beberapa unit pesawat senilai US$35 miliar ke Airbus. Sejak kasus 737 MAX, pengadaan pesawat di China kini harus disetujui oleh regulator sebelum dieksekusi oleh China Aviation Supplies.
Dalam perjanjian dagang fase pertama, China sebenarnya diwajibkan membeli pesawat dari AS dengan nilai mencapai US$200 miliar.