Bisnis, JAKARTA -- Jumlah kematian di China akibat virus Corona terus bertambah, pemerintah memperpanjang periode liburan Tahun Baru Imlek di tengah laporan bahwa penyebaran infeksi semakin cepat dan gelombang kasus baru muncul di seluruh dunia.
Melansir data terkini yang dikumpulkan Bloomberg, Senin (27/1/2020), terdapat 2.744 kasus penularan di daratan China yang dikonfirmasi oleh Komisi Kesehatan Nasional. Jumlah kematian meningkat menjadi 80 korban jiwa.
Presiden China Xi Jinping kini berada di bawah tekanan untuk memerangi epidemi yang menunjukkan sedikit tanda perlambatan.
Kecemasan terus tumbuh bersamaan dengan sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa virus ini memiliki masa inkubasi sekitar dua pekan, sebelum orang yang terinfeksi mulai menunjukkan gejala.
Hal ini meningkatkan kemungkinan orang yang membawa virus Corona, tetapi tidak menunjukkan gejala yang dapat menginfeksi orang lain.
Kekhawatiran juga melanda aksi jual yang mendominasi pasar ekuitas AS pada Jumat (24/1), yang berlanjut pada Senin (27/1) di Asia.
Saham Jepang jatuh bersama saham berjangka AS dan minyak mentah, sementara yen melonjak di awal perdagangan.
"Virus tersebut belum dapat dikendalikan kendati ada langkah agresif oleh pihak berwenang untuk membatasi pergerakan jutaan orang yang tinggal di kota-kota dekat dengan pusat wabah," ujar pihak berwenang China, seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (27/1).
Daratan China berkontribusi atas 98% dari infeksi global yang terkonfirmasi, sementara lebih dari selusin negara dan wilayah lainnya melaporkan infeksi atau gejala yang serupa.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, dari 29 pasien yang dilaporkan terinfeksi virus Corona dan berada di luar China, 26 pasien di antaranya pernah melakukan perjalanan dari atau melalui Wuhan, pusat penyebaran wabah ini.
Sejumlah kota dan negara seperti Hong Kong, Amerika Serikat, Perancis dan Jepang memberlakukan kebijakan darurat untuk mengantisipasi penyebaran virus yang lebih luas.
Pemerintah kota Hong Kong mengumumkan larangan masuk bagi penduduk Provinsi Hubei, di mana Wuhan terletak, mulai dari tengah malam waktu setempat, Minggu (26/1).
Larangan itu juga berlaku bagi siapa saja yang telah bepergian ke Hubei dalam 14 hari terakhir. Meski demikian, pernyataan tersebut membuat pengecualian bagi penduduk Hong Kong.
Konsulat AS di Wuhan berencana untuk mengevakuasi beberapa warga negara Amerika dengan penerbangan sewaan pada Selasa (28/1), sementara pemerintah dan perusahaan asal AS mengatakan mereka siap untuk membantu staf mereka untuk meninggalkan kota yang saat ini terisolasi.
Perancis meminta persetujuan untuk memulangkan warganya pada pertengahan pekan ini. Adapun Jepang juga berencana untuk mengevakuasi warga negara mereka yang ingin meninggalkan Wuhan. Sekitar 550 orang Jepang saat ini berada di provinsi Hubei.
Hingga saat ini, pemerintah China masih mengisolasi kota Wuhan dan beberapa wilayah di sekitar China akibat virus Corona tersebut.