Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Virus Korona Membuat Bursa Asia Kelimpungan

Saham Asia melanjutkan penurunan, dengan saham China menanggung beban kerugian di tengah upaya yang berkelanjutan untuk mengendalikan meluasnya wabah virus corona.
Tren Pergerakan Indeks Hang Seng dan Indeks Entreprise China di Hong Kong, Rabu (8/7/2015). /Reuters.
Tren Pergerakan Indeks Hang Seng dan Indeks Entreprise China di Hong Kong, Rabu (8/7/2015). /Reuters.

Bisnis.com, JAKARTA - Saham Asia melanjutkan penurunan, dengan saham China menanggung beban kerugian di tengah upaya yang berkelanjutan untuk mengendalikan meluasnya wabah virus corona.

Pada saat yang sama, aset safe-haven seperti yen Jepang dan tresuri berdetak lebih tinggi.

Dilansir melalui Bloomberg, arus penghindaran risiko kembali muncul pada Kamis (23/1), dengan Indeks CSI 300 China merosot hampir 2%, menjadi kerugian terburuk sejak Agustus tahun lalu pada perdagangan hari terakhir untuk saham China daratan sebelum liburan Tahun Baru Imlek.

Indeks Saham juga jatuh di Hong Kong, Korea Selatan, Jepang dan Australia, sementara saham berjangka AS beringsut lebih rendah beriringan dengan yuan.

"Tanggapan darurat terbaru dari Beijing terkait penyebaran virus ini adalah dengan menghentikan semua perjalanan dari Wuhan, kota yang menjadi pusat penyebaran wabah virus corona," dikutip melalui Bloomberg, Kamis (23/1/2020).

Sementara itu, dolar Australia naik bersaman dengan imbal hasil obligasi negara, menyusul data pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan yang mengangkat sentimen pada ekonomi.

Dengan ekuitas global yang masih bertahan mendekati rekor tertinggi, kewaspadaan investor terus meningkat untuk setiap perkembangan yang dapat menggagalkan momentum.

Perhatian pasar pekan ini terpusat padakekhawatiran bahwa virus corona yang telah menewaskan sedikitnya 17 orang bisa berubah menjadi pandemi global.

“Pasar menjadi terlalu bersemangat mungkin sedikit terlena. Kami telah melihat pembuat kebijakan saat ini bergerak cepat dan menganggapnya sangat serius,” kata Burns McKinney, manajer portofolio di Allianz Global Investors, katanya kepada BloombergTV.

Pada perkembangan lain, minyak memperpanjang penurunan dari penutupan terendah dalam tujuh pekan terakhir pada spekulasi wabah virus corona China mungkin akan mengurangi permintaan di saat pasar menangani kelebihan pasokan minyak mentah global.

Saham-saham di Filipina melawan tren di Asia pada Kamis (23/1), dengan indeks utama negara itu naik 1,1% setelah data pertumbuhan menunjukkan peningkatan dalam perekonomian.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa akan memutuskan kebijakan ketika pertemuan dua hari berakhir, diikuti oleh konferensi pers dengan Gubernru ECB Christine Lagarde.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper