Bisnis.com, KULONPROGO - Sudadi kini hanya bisa pasrah. Uang jutaan rupiah yang telah digelontorkan untuk Keraton Agung Sejagat (KAS) harus ia relakan setelah pendiri sekaligus raja keraton abal-abal itu, Toto Santoso, dibekuk jajaran Kepolisian Daerah Jawa Tengah, pada Selasa (14/1/2020) malam lalu.
"Terus terang saya prihatin, kenapa kok bisa terjadi seperti ini, semula ada harapan yang dijanjikan Pak Toto, tapi ternyata kenyataan malah berbicara lain. Saya ambil hikmahnya saja," ujar Sudadi, saat ditemui awak media di rumahnya di kawasan Desa Plumbon, Kapanewon Temon, Kamis (16/1/2020) siang.
Sudadi mengaku sebagai korban janji manis Toto. Sejak bergabung di KAS (sebelumnya bernama world empire) pada 2018, pria berusia 70 tahun ini bukannya memperoleh pundi-pundi rupiah seperti yang dijanjikan Toto. Dia justru harus mengeluarkan banyak uang. Mulai dari membayar biaya pendaftaran sebesar Rp2,1 juta, iuran bulanan, biaya operasional yang ditanggung sendiri, hingga yang terakhir membayar seragam "dinas" keraton senilai Rp2 juta.
"Kalau dihitung-dihitung ya sudah banyak," ungkapnya.
Kerugian materi yang diderita mantan Kepala Desa Plumbon ini diperkirakan jauh lebih besar mengingat sebelumnya ia juga aktif dalam Kulonprogo Development Committee (KKP DEC). Organisasi tersebut merupakan cabang dari Jogjakarta Development Committee, disingkat Jogja-DEC. Sosok di balik lahirnya organisasi Jogja-DEC tak lain adalah Toto.
Sudadi direkrut menjadi koordinator KKP DEC pada 2014. Bermula dari ajakan seorang kawan, ia tertarik bergabung karena organisasi ini awalnya fokus untuk kepentingan kemanusiaan. Rasa tertariknya semakin besar tatkala tahu bahwa tiap anggota bakal dapat upah yang nilainya bisa lebih dari Rp50 juta per bulan.
Namun belakangan janji itu hanya bualan semata. Hingga bubar pada 2018, Sudadi tak pernah dapat sepeserpun dari organisasi tersebut. Ia justru harus mengeluarkan uang yang tak pernah ia hitung berapa totalnya.
Di tahun yang sama saat organisasi tersebut bubar, Sudadi ditawari Toto untuk ikut gabung KAS. Konsepnya mirip-mirip KKP DEC. Dan untuk sekali lagi ia termakan bujuk rayu.
Di struktur KAS, pria yang pernah mencalonkan diri sebagai calon legislatif DPRD Kulonpogo ini didapuk sebagai maha menteri dengan tiga bintang di pundaknya. Jabatan itu bisa langsung ia peroleh karena perannya sewaktu di KKP DEC cukup penting.
"Di KKP DEC juga ada pangkat-pangkatan kaya gini, nah waktu itu saya masih bintang dua, tapi teman-teman meminta Pak Toto untuk menaikkan pangkat saya ke bintang tiga, alasanya saya itu sudah koordinator masa cuma bintang dua," ungkapnya
Maha menteri sendiri bertugas mengkoordinir para menteri. Mirip-mirip seperti Menteri Koordinator di struktur Pemerintahan Indonesia. Adapun gaji yang dijanjikan untuk posisi maha menteti tak main-main. Per bulannya ratusan juta rupiah. Namun, janji tinggalah janji. Sampai akhirnya si pendiri diringkus polisi, gaji itu tak pernah ia terima.
Meski telah dikelabui dan menyatakan sebagai korban, Sudadi mengaku tak akan menuntut Toto. Dia memilih jalur kedamaian dan memaafkan apa yang sudah diperbuat mantan junjungannya tersebut.
"Ini menurut saya musibah, kemudian kami coba untuk mengkoordinasikan ke temen-temen apalagi yang sekarang ini katanya dirugikan, kita coba untuk saling memaafkan, saya tidak menuntut pak toto, ini juga musibah bagi beliau," ucapnya.