Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron saling serang soal masa depan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara atau NATO setelah pemimpin Prancis menyerang Turki dan menuntut aliansi itu memikirkan kembali strateginya.
Pertengkaran tiga pihak itu membayangi pertemuan puncak peringatan 70 tahun NATO di London. Apa yang terjadi itu bisa menggagalkan upaya untuk menunjukkan persatuan mereka di hadapan Rusia dan Cina.
Dalam beberapa minggu terakhir Macron mencoba untuk menggoyang agenda pertemuan dengan menuntut peninjauan strategi "otak mati" NATO. Akan tetapi Trump yang mengaku telah memaksa anggota NATO untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan membalas pernyataan Macron dengan keras.
"Saya pikir itu sangat menghina," kata Trump tentang pernyataan Macron bulan lalu bahwa NATO sedang mengalami "kematian otak" dan harus lebih fokus pada teroris Islam dan membuka kembali dialog strategis dengan Rusia. Trump menyebut pernyataan Macron sangat tidak menyenangkan.
"Tidak ada yang membutuhkan NATO lebih dari Prancis," katanya seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu 4/12). Trump memperingatkan bahwa sikap Macron sangat berbahaya bagi Prancis.
Akan tetapi Trump kemudian melunakkan nadanya kepada Macron dan keduanya sepakat menuduh Turki bekerja sama dengan para ekstremis di Suriah.
"Musuh bersama saat ini adalah kelompok-kelompok teroris, seperti yang kami sebutkan, dan saya minta maaf untuk mengatakan bahwa kami tidak memiliki definisi yang sama tentang terorisme di sekitar kita," kata Macron.
Dia mencatat bahwa Turki telah menyerang milisi Kurdi yang mendukung sekutu melawan Negara Islam Irak dan Suriah sekaligus menuduh Ankara bekerja dengan ISIS melalui perang proksi.