Bisnis.com, JAKARTA -- Kaisar Jepang Naruhito akan mengumumkan penobatannya pada pekan depan dalam sebuah upacara yang sudah berusia berabad-abad.
Upacara itu akan dihadiri oleh sekitar 2.000 orang, termasuk kepala negara dan pejabat tinggi lainnya dari lebih dari 170 negara.
Kaisar Naruhito, yang kini berusia 59 tahun, naik tahta pada Mei 2019 setelah ayahnya, Akihito, menjadi raja pertama yang turun tahta dalam dua abad. Seperti dilansir Reuters, Sabtu (19/10/2019), acara utama penobatan direncanakan berlangsung pada Selasa (22/10), dan telah ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Kaisar Naruhito, seperti ayahnya hampir tiga dekade lalu, akan mengenakan jubah tradisional dan hiasan kepala untuk upacara yang akan dimulai pukul 01.00 malam waktu setempat di Matsu no Ma atau Hall of Pine di Istana Kekaisaran, yang merupakan ruang paling bergengsi di istana.
Dia akan mendeklarasikan penobatannya dari Takamikura yaitu paviliun setinggi 6,5 meter yang beratnya sekitar 8 ton, dengan pedang dan permata yang merupakan dua dari Tiga Harta Karun Suci, ditempatkan di sampingnya.
Pedang dan permata kuno itu, bersama-sama dengan cermin yang disebut Yata-no-Kagami, disimpan di Ise Grand Shrine, yakni situs paling suci dalam agama Shinto Jepang. Pedang dan permata kuno ini membentuk tanda kebesaran yang melambangkan keabsahan kaisar.
Baca Juga
Pernyataan Kaisar Naruhito akan diikuti oleh pidato selamat dari Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe. Abe kemudian akan memimpin tiga sorakan untuk kaisar baru, mengakhiri upacara 30 menit.
Dana sekitar 16,1 miliar yen (US$ 148 juta) telah dialokasikan untuk upacara terkait suksesi sepanjang tahun, termasuk penobatan.
Para tamu termasuk Pangeran Charles dari Inggris akan hadir dalam upacara ini. Sebelumnya, Charles bersama Putri Diana menghadiri upacara penobatan Akihito.
Menteri Transportasi AS Elaine Chao, Wakil Presiden China Wang Qishan, dan PM Korea Selatan Lee Nak-yon juga dipastikan datang.
Turut hadir pula Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, dan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Tayyip Erdogan kemungkinan juga akan hadir, menurut laporan media domestik. Namun, nama mereka tidak ada dalam daftar yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang pada Jumat (18/10).