Bisnis.com, JAKARTA -- Produsen mobil Inggris sudah menghabiskan dana lebih dari 500 juta poundsterling atau sekitar US$628 juta untuk melindungi bisnis mereka dari risiko Brexit.
Kelompok lobi produsen otomotif Inggris, Society for Motor Manufacturers and Traders, melakukan diskusi melalui telepon dengan pemerintah selama sebelas jam untuk dan mendesak adanya kesepakatan dengan Uni Eropa yang dapat melindungi masa depan industri tersebut.
Dilansir melalui Bloomberg, SMMT menyatakan bahwa melepaskan diri dari Uni Eropa tanpa kesepakatan akan mengancam lapangan pekerjaan dan kelangsungan industri otomotif dalam jangka panjang.
Menurut mereka, menjelang tenggat waktu Brexit pada 31 Oktober, sepertiga dari perusahaan otomotif Inggris telah memangkas jumlah pekerja sementara 77% dari mereka melaporkan dampak negatif terhadap bisnis.
Risiko no-deal Brexit membahayakan industri otomotif Inggris yang berjaya tidak hanya di Eropa tetapi juga di seluruh dunia, di mana investasi asing pada sejumlah pabrik selama beberapa tahun terakhir terus menurun yang diikuti dengan penutupan beberapa fasilitas produksi.
Pekan lalu, Nissan Motor Co. mengeluarkan peringatan tegas terhadap risiko no-deal Brexit yang mengatakan bahwa penerapan tarif ekspor mobil ke Uni Eropa cenderung akan berakibat buruk bagi operasional korporasi di Inggris.
Estimasi SMMT sebelumnya, yang disampaikan pada Juni, menyebutkan bahwa dana yang harus disiapkan oleh pelaku industri otomotif akan mencapai 330 juta poundsterling.
"Dengan waktu yang semakin menipis, survei ini menunjukkan masa depan suram yang menanti sektor vital ini jika no-deal Brexit terjadi. Kerusakan sudah terlanjur terjadi," ujar Ketua SMMT Mike Hawes, dikutip melalui Bloomberg, Selasa (15/10/2019).
Menurut para produsen mobil, jika tarif ekspor berlaku maka mobil produksi lokal menjadi tidak kompetitif ketika di jual di Eropa dan pemeriksaan bea cukai serta birokrasi akan mengganggu jalur pasokan yang selama ini berjalan dengan sangat efisien dan tepat waktu.
SMMT mengungkapkan bahwa margin sudah menjadi lebih tipis dan akan ada banyak pabrik yang tidak mungkin selamat dari penerapan tarif ekspor.
Ketua negosiator Brexit dari Uni Eropa, Michel Barnier, mengungkapkan bahwa ada kemungkinan sebuah kesepakatan akan tercapai pada KTT Dewan Uni Eropa pekan ini, tetapi prosesnya masih sangat alot.
Diskusi antara Inggris dan Uni Eropa masih akan berlanjut di Brussels, di mana kedua pihak mencoba untuk menyepakati kondisi yang sesuai terkait dengan status Irlandia Utara setelah Brexit.
Mendekati tenggat waktu pada akhir bulan ini, para pembuat mobil telah menyampaikan peringatan keras tentang Brexit dan langkah yang harus diambil untuk mengurangi dampak negatif terhadap operasional produksi.
Toyota mengatakan akan menghentikan produksi pada 1 November dan dilanjutkan kembali pada 4 November.
Pada Juli, CEO PSA Group Carlos Tavares memperingatkan bahwa semua produksi akan ditarik dari pabrik mereka di Ellesmere Port jika Brexit berpotensi merusak peluang keuntungan perusahaan.
Sementara itu, Nissan telah menyampaikan akan memindahkan beberapa produksi dari Inggris jika negara itu meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Nissan, yang 70% dari produksinya dikirim ke Uni Eropa, mendesak pemerintah untuk mendukung industri dengan tidak menerapkan tarif perdagangan pasca-Brexit.
Chairman Nissa Eropa Gianluca de Ficchy pekan lalu mengatakan bahwa penggenaan tarif 10% dari WTO terhadap ekspor mobil Inggris ke Uni Eropa tidak mungkin dapat ditutup dengan pemangkasan biaya operasional.
Adapun, BMW AG berencana untuk menghentikan produksi di pabrik Mini yang terletak di Oxford selama 2 hari pada 31 Oktober, dan telah menyampaikan bahwa akan mengurangi kuantitas produksi dengan menghapus shift kerja jika no-deal Brexit terjadi.
Jaguar Land Rover dikabarkan akan menghentikan operasional pabrik selama sepekan di awal November, terlepas dari Brexit dengan kesepakatan atau tidak.
CEO JLR Ralf Speth mengatakan bahwa ketidakpastian Brexit membuat perusahaan kesulitan untuk melakukan perencanaan logistik dan produsen mobil mewah ini bergantung pada vendor Eropa untuk produksi komponen produknya.