Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta meyakini situasi keamanan jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pekan depan akan berlangsung aman.
Dia mengatakan dengan tingkat keamanan yang cukup tinggi jelang pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma\'ruf Amin 20 Oktober mendatang, maka ancaman menjadi kecil. Kesiapan ini bertolakbelakang dengan ancaman keamanan yang tergolong minim.
"Polri-TNI mengatakan 27.000 pasukan akan dikerahkan. Dan sudah di-maping juga intelijen sudah melakukan pemantauan itu tidak ada ancaman yang berarti, kemauan banyak untuk menggagalkan itu, tapi tidak akan mampu menggagalkan [pelantikan]," katanya di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya, ancaman keamanan tidak terlalu signifikan. Pun demikian sistem keamanan juga relatif baik, termasuk Jakarta yang akan menjadi lokasi pelantikan nantinya.
Di sisi lain, dia menyebut demonstrasi mahasiswa bukan menjadi sebuah ancaman terhadap pelantikan. Kata Stanislaus, mahasiswa hanya menyampaikan aspirasi sehingga tidak perlu dipermasalahkan.
"Itu bukan gangguan. Mahasiswa aktor intelektual kok, dia tokoh-tokoh muda yang tidak menganggu agenda negara. Jangan dibentur dengan polisi seperti itu," terangnya.
Malah Polisi hingga BIN harus merangkul mahasiswa membangun komunikasi yang baik. Dia menilai adanya gejolak beberapa waktu lalu lantaran kedua pihak tidak membangun komunikasi.
Senada, Pengamat Politik Karyono Wibowo menilai ada gejolak kecil yang berusaha menggagalkan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden. Namun upaya ini tidak terlalu kuat.
"Nah ini bagian dari penumpang gelap [dalam aksi demonstrasi], yang sengaja mengkapitalisasi isu yang berkembang kemudian terus digelorakan diprovokasi sehingga dengan harapan menjadi bola salju akan membesar itu bisa menggagalkan pelantikan Presiden," terangnya.