Bisnis.com, JAKARTA - Akbar Alamsyah, korban demo pelajar yang berujung ricuh sempat dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, akhirnya meninggal dunipa pada Kamis petang (10/10/2019) sekitar pukul 17.00 WIB.
Pihak keluarga memutuskan memakamkan jenazah Akbar Alamsyah Jumat pukul 08.00 WIB di TPU di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Dimakamkan pukul 08.00 pagi ini," kata ayah Akbar dari pesan singkatnya kepada ANTARA, Jumat dinihari.
Ayah Akbar juga menginformasikan jenazah anaknya akan dimakamkan di Tempat Pemakaman umum di wilayah Gelonggan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Di Gelonggan di belakang 'carrefour' Kebayoran Lama," kata ayah Akbar.
Sebelumnya, Rosminah Ibu korban mengatakan tidak mengetahui alasan meninggalnya Akbar.
"Saya kurang terlalu tahu alasannya apa. Saya datang ternyata sudah meninggal," kata Rosminah dengan suara bergetar saat dihubungi Antara, Kamis.
Jumat Pagi
Seorang wanita dengan kemeja kotak-kotak terlihat menciumi makam yang masih basah, Jumat pagi.
"Maafkan mama ya nak, Alam baik-baik di sana. Maafkan mama ya, mama suka marahin Alam," ujar wanita bernama Rosminah itu dengan tangis pilu mengantar kepergian anaknya.
Orang-orang yang masih berkerumun di sekitar makam meminta wanita itu untuk ikhlas.
Akbar Alamsyah meninggal dalam usia 19 tahun dalam keadaan koma pada Kamis sore (10/10). Rosminah tidak menyangka nafas anaknya akan berakhir di dalam ruangan CICU RSPAD Gatot Subroto. Akbar adalah salah satu korban demo yang berakhir ricuh pada Rabu (25/9).
Berdasarkan keterangan polisi, Akbar jatuh dari pagar di dekat kompleks DPR untuk menghindari kericuhan. Namun Rosminah melihat alasan polisi berbeda dengan yang dialami anaknya.
Penasaran
Rosminah mengingat perjumpaan terakhir kali dengan anaknya saat Akbar masih dalam kondisi sehat.
Kala itu Rosminah mengunjungi Akbar yang tinggal di rumah neneknya di Kebon Mangga, Kebayoran Baru. Ia mengingatkan anaknya itu agar tidak perlu mendekati area yang memanas akibat demo.
"Saya sudah bilang ke dia jangan ke mana-mana apalagi ke daerah Slipi dan Palmerah bahaya nak," kata Rosminah saat menjaga Akbar yang terbaring koma di RSPAD Gatot Subroto, Rabu (9/10).
Rosminah bahkan menitipkan pesan kepada nenek Akbar agar tidak membiarkan cucunya meninggalkan rumah karena kala itu kondisi Jakarta tidak kondusif.
Namun karena sudah berjanji kepada dua temannya, Akbar nekat pergi membawa motornya pada pukul 23.00 WIB ke arah Slipi, Jakarta Barat.
"Namanya juga anak-anak muda ya, kepo-nya tinggi ya dia nongkronglah," kata Rosminah.
Berdasarkan cerita teman Akbar, Rosminah menceritakan, pada saat anaknya dan kedua temannya sedang duduk santai menonton demo tiba-tiba mereka dihampiri oleh polisi dari belakang.
"Ada temennya yang sempet kena injak lalu kabur dan anak saya itu tiba-tiba hilang," ujar Rosminah.
Ketiga orang itu berpencar menghindari polisi itu. Salah satu temannya berhasil lolos dari kejaran polisi karena bersembunyi di masjid terdekat.
Tanpa Kabar
Hingga Jumat (27/9) Akbar tak kunjung kembali ke rumah. Saat mendapatkan kabar itu Rosminah langsung kembali ke rumah nenek Akbar untuk menunggu kepulangan anaknya.
Namun, bukannya mendapati kepulangan anaknya. Rosminah malah mendapatkan kabar dari teman Akbar bahwa mereka terpisah saat melihat demo dan tidak ada kabar dari Akbar setelah itu.
Dengan rasa khawatir Rosminah segera memutuskan untuk pergi ke Polda Metro Jaya. Ia ingin memastikan apakah anaknya ditangkap polisi atau tidak.
Sayangnya begitu tiba di Polda Metro Jaya Rosminah tak menemukan nama anaknya dalam daftar yang tersedia di Polda Metro Jaya.
"Tidak ada nama anak saya. Saya liatin muka-muka yang ada di Polda pada lebam semua, jadi mukanya kaya mirip-mirip gitu," ujar Rosminah.
Polisi yang bertugas saat itu menyarankan agar Rosminah turut memeriksa Polres Metro Jakarta Barat karena beberapa orang diamankan di sana. Dia pun ke Polres Metro Jakarta Barat.
Setibanya di Polres Metro Jakarta Barat, Rosminah dapat sedikit tenang karena nama Akbar tertulis di sana. Meski begitu setelah menemukan nama anaknya polisi tidak mengizinkan Rosminah untuk bertemu anaknya.
"Saya cuma nitip makanan aja untuk anak saya. Karena saya pikir anak saya di Polres kan," kata Rosminah.
Akbar Kritis
Rosminah memutuskan untuk pulang ke rumahnya setelah menitipkan makanan untuk Akbar di Polres Metro Jakarta Barat.
Namun setibanya di rumah, Rosminah dikejutkan dengan informasi dari aplikasi pesan yang mengatakan bahwa anaknya dirawat di Rumah Sakit Pelni Petamburan, Jakarta Pusat.
Ia segera bergegas menuju Rumah Sakit Pelni. Namun yang kemudian didapatinya adalah kabar bahwa anaknya sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati di Jakarta Timur.
Sampai di Rumah Sakit Polri Rosminah amat sedih melihat kondisi anaknya. Muka Akbar tampak lebam-lebam dan terbalut dengan perban.
"Katanya habis dioperasi tulang kepalanya yang patah," ujar Rosminah lirih.
Melihat kondisi anaknya memprihatinkan Rosminah terguncang dan sempat tak sadarkan diri.
"Saya langsung cium, peluk anak saya. Karena tidak kuat liat anak saya yang keadaannya kayak orang penyakit tumor kepalanya besar semua gitu, akhirnya saya sempet pingsan," ujarnya.
Melihat kondisi Akbar, Rosminah merasa tidak mungkin korban yang jatuh dari pagar mengalami luka seperti Akbar.
"Seperti terkena benda tumpul di bagian kepala dan wajahnya itu seperti dipukuli karena mata kirinya lebam," kata Rosminah.
Kondisi Akbar yang koma membuat RS Polri Kramat Jati memindahkan pasien itu ke RSPAD Gatot Subroto di Jakarta Pusat. Hal itu karena alat medis yang dinilai dapat lebih menunjang kondisi Akbar.
Saat itu, Rosminah berharap anaknya segera pulih dan dapat beraktivitas normal kembali namun takdir berkata lain.
Akbar menghembuskan nafas terakhirnya setelah mengalami koma selama 12 hari. Akbar meninggal pada hari Kamis (10/10) sekitar pukul 17.00 WIB.
"Saya kurang terlalu tahu penyebabnya. Saya datang ternyata sudah meninggal," kata Rosminah.
Ia sangat terpukul atas kepergian anaknya. Jenazah anaknya dimakamkan di TPU dekat daerah Gelonggongan, Kebayoran Lama, pada Jumat.
Tepat pukul 08.35 WIB, isakan tangis terdengar dari keluarga dan kerabat yang mengantarkan Akbar Alamsyah ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Usai prosesi pemakaman Rosminah tampak sangat histeris menangisi tumpukan tanah yang masih basah itu. Yanuar ayah Akbar, berusaha membujuk istrinya untuk tetap tegar.
"Kamu kuat, harus ikhlas," kata Yanuar sembari memeluk Rosminah saat mengantarkan kepergian Akbar untuk selamanya.