Bisnis.com, JAKARTA -- Tingkat kesulitan pada tantangan ekonomi Jerman berubah menjadi semakin tinggi menyusul data industri yang lemah serta prospek investor yang semakin muram.
Permintaan pabrik Jerman turun sebesar 0,6% pada Agustus, dua kali lipat dari proyeksi para ekonom. Meskipun angka permintaan kerap berubah, penurunan ini menandakan pelemahan permintaan secara tahunan telah berlangsung selama 15 bulan terakhir.
Dilansir melalui Bloomberg, penurunan tersebut telah memperpanjang rangkaian laporan negatif yang memicu meningkatnya pesimisme terhadap ekonomi zona euro.
Dalam laporan terpisah, Sentix, menyampaikan bahwa indeksnya untuk sentimen investor di zona euro pada Oktober turun ke level terendah dalam 6 tahun terakhir, investor menurunkan prospek mereka terkait potensi pada masa depan dari penurunan menjadi resesi.
"Meningkatnya kekhawatiran terhadap risiko resesi di zona euro menunjukkan tekanan yang semakin besar tentang prospek Eropa. Ini juga membuktikan bahwa investor mungkin meragukan kemampuan Bank Sentral Eropa untuk mendukung pertumbuhan," seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (7/10/2019).
Kemuraman tentang Eropa terus mendorong permintaan untuk keamanan obligasi Jerman, di mana imbal hasil obligasi tenor 10-tahun kembali jatuh ke level -0,6% pada Senin (1/10/2019).
Sementara itu, euro tergelincir 0,1%, tetap di bawah US$1,10. Mata uang benua biru tersebut sempat turun ke level terendah sejak Mei 2017 awal bulan ini untuk beberapa saat.
Sebagian besar pelemahan zona euro datang dari Jerman yang kemungkinan akan menghadapi resesi teknis pada kuartal terakhir tahun ini.
Kemerosotan manufaktur yang tampak seperti isu jangka pendek terbukti bertahan cukup lama, sedangkan prospek tetap tidak menentu di tengah meningkatnya risiko no-deal Brexit dan perang dagang.
"Ekonomi Jerman kemungkinan sudah memasuki resesi. Permintaan produksi turun sejak Juli dan Agustus, disamping indikator lain yang menunjukkan sektor industri Jerman akan terus melemah," ujar ekonom Bloomberg Niraj Shah.
Pembuat kebijakan di ECB telah meminta pemerintah Eropa untuk turun tangan dengan dukungan fiskal, dengan alasan bahwa stimulus moneter saja tidak dapat memberikan dorongan yang diperlukan.
Namun pemerintah menolak saran tersebut, dengan pemerintahan Kanselir Angela Merkel mengindikasikan bahwa situasi saat ini belum membutuhkan bantuan fiskal.