Bisnis.com, JAKARTA – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat mengandeng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung menaja pagelaran wayang kulit di Gedung Olah Seni Taman Budaya Lampung, Bandar Lampung, Senin (9/9/2019) malam hingga Selasa (10/9/2019) pagi.
Pagelaran wayang kulit semalam suntuk untuk memperingati 1 Suro 1953 Saka Jawa ini menghadirkan dalang KRHT Gondo Soetikno Dor dengan mengusung lakon “Tumurining Wahyu Mustika Wayaningrat”.
Kegiatan ini dihadiri Kasubbagg BPNB Jabar Iing Imanuddin; Dewan Presidium Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Provinsi Lampung Wakiyo; dan kadang (sanak saudara) penghayat dari sembilan paguyuban kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa se-Provinsi Lampung.
Kepala Dinas Pedidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Disdikbud Aswarodi menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan BPNB Jabar di Lampung yang mewujudkan sinergitas kebudayaan antar\pemangku kepentingan dalam membangun partisipasi dan aspirasi terhadap Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan tradisi.
Lebih lanjut, menurutnya, sebagai negara yang memiliki ragam budaya dan tradisi kita wajib memberi perlindungan dan pelestarian bagi tumbuh kembang tradisi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana dalam Permendikbud No. 77/2013.
Tradisi memperingati 1 Suro menitikberatkan pada ketenteraman batin dan keselamatan. Oleh karenanya, kata Aswarodi sebagaimana keterangan pers yang diterima Bisnis.com pada Selasa, setiap umat yang merayakannya untuk tetap eling (ingat) dan waspada.
“Eling, artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan di mana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sementara waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan,” jelasnya.
Dia berharap dengan peringatan 1 Suro ini sebagai bukti kekayaan budaya di Indonesia yang perlu dilestarikan dan ini juga menjadi landasan dalam pelestarian budaya-budaya lainnya di Lampung yang beragam.
Kegiatan yang bertujuan menjaga budaya ini juga bisa dijadikan ajang silaturahmi kadang penghayat dan pemerintah.
“Kegiatan ini juga bukti eksistensi dan upaya mentarnsformasikan nilai-nilai budaya bangsa. Harapannya, minat masyarakat dalam melestarikan budaya dalam keberagaman makin meningkat. Demikian juga dengan pengetahuan, kreativitas, kesadaran akan apresiasi seni juga meningkat,” ujar Aswarodi.
Sementara itu, Kasi Sejarah Disdikbud Lampung Farizal AT mengatakan kegiatan ini diikuti para kadang pengayat dari sembilan paguyuban kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa se-Lampung.
Sebelumnya, pertunjukan digelar ritual kirab tumpeng raksasa yang diiringi sembilan tumpeng yang menyimbolkan kesatuan dan keguyuban kadang penghayat. “Ritual ini juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ujar Farizal.