Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebut Taiwan Sebagai Negara, Huawei Dikecam di Negara Sendiri

Daftar perusahaan yang mendapat kecaman di China karena menyebut Taiwan sebagai sebuah negara bertambah. Namun kali ini, yang dikecam adalah perusahaan China sendiri, Huawei Technologies Co.
Logo perusahaan Huawei tampak di mal di Shanghai, China, 3 Juni 2019, /REUTERS
Logo perusahaan Huawei tampak di mal di Shanghai, China, 3 Juni 2019, /REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Daftar perusahaan yang mendapat kecaman di China karena menyebut Taiwan sebagai sebuah negara bertambah. Namun kali ini, yang dikecam adalah perusahaan China sendiri, Huawei Technologies Co.

Dilansir Bloomberg, pengguna platform media sosial Weibo di China melontarkan kecaman setelah mengetahui beberapa smartphone Huawei dan Honor memberikan pilihan "Taipei (Taiwan)" untuk pengguna yang memilih bahasa pilihan tradisional China yang digunakan di pulau itu.

Sementara itu, ada pilihan “Taipei (China)” untuk Bahasa China yang disederhanakan, yang biasa digunakan di China daratan.

Topik Weibo ini telah dilihat lebih dari 350.000 kali, dengan sejumlah pengguna menyerukan pemboikotan raksasa telekomunikasi ini. Padahal, Huawei dianggap sebagai salah satu permata bisnis China.

Kecaman tersebut datang pada pekan yang sama saat merek asing lain seperti Versace dan Coach telah meminta maaf karena membuat representasi yang sama dan menarik kemarahan pengguna internet di China.

Salah satu t-shirt Coach, misalnya, mendaftarkan Taiwan sebagai negara dan juga mengidentifikasi Hong Kong sebagai kota dan negara. China mengklaim Taiwan dan Hong Kong sebagai bagian dari wilayahnya.

Sejak kecaman terseut, Huawei telah melakukan pembaruan terhadap perangkat lunaknya, sehingga ponsel Huawei dan Honor terkait sekarang menunjukkan "Taipei (Cina)," sementara ponsel di luar China menggunakan Taipei tanpa negara setelahnya.

Konsumen Cina telah menjadi kekuatan yang kuat dalam mendorong perusahaan untuk mengubah perilaku mereka dan hal ini paling sering membidik perusahaan asing. Komentar kritis di Weibo, yang juga dikontrol oleh pemerintah, sering mendorong pengguna internet untuk menyerukan boikot.

"Ada tanggapan nasionalis di internet yang jelas-jelas dipicu pemerintah," kata Andrew Polk, salah satu pendiri dan mitra konsultasi Trivium China yang berbasis di Beijing,seperti dikutip Bloomberg. "Ini datang dari media resmi pemerintah dan kemudian menyebar dengan sendirinya."

Konsumen asal China sekarang menyumbang setidaknya sepertiga dari penjualan barang mewah dunia dan dua pertiga dari pertumbuhan industri itu, menurut perkiraan dari konsultan Bain & Co.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper