Bisnis.com, JOGJA- Pakar Farmakologi dan Terapi UGM, Rustamaji, mengungkapkan manfaat yang didapatkan oleh pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang, tak sepadan dengan risiko yang muncul.
Sejumlah orang mengatakan, penggunaan zat aditif tertentu, misalnya yang mengandung dopamin bisa memberikan rasa semangat, percaya diri. Secara medis, dopamin memiliki tanggung jawab sebagai neurotransmitter.
"Hanya saja, risiko yang muncul, terutama karena pemakaian jangka panjang adalah sifat ketergantungan. Karena memiliki ikatan sangat kuat dengan sel reseptor di otak," kata dia, dijumpai pada Selasa (23/7/2019).
Ia menambahkan, ketergantungan menyebabkan keinginan yang bersifat 'nagih'. Selain ingin kembali mengonsumsi, terkadang ada usaha untuk mengonsumsinya dengan dosis lebih tinggi.
"Ini yang bahaya, karena dopamin diedarkan ke seluruh tubuh dari otak dan di tubuh kita juga ada dopamin [alami]. Maka organ lain akan bekerja lebih keras, misalnya pembuluh darah melebar, jantung memompa lebih keras," ujarnya.
Akibatnya, fungsi organ yang sebelumnya normal menjadi tidak normal akibat sabu-sabu. Lama-lama tubuh tak mampu lagi menerima.
"Risiko yang diterima melebihi peningkatan kreativitas yang mungkin muncul usai pemakaian," kata dia.
Ia menegaskan agar masyarakat menghindari mengonsumsi narkoba. Karena ketika perilaku tersebut sudah menuju kecanduan, diperlukan proses rehabilitasi.
Dalam rehabilitasi yang dilakukan mengacu pada aturan Kemenkes, rehabilitasi diawali dengan program substitusi. Yaitu pemberian zat yang memberikan efek menyerupai narkotika. Namun, pemberian zat itu dimaksudkan agar semakin lama, para pecandu tak menyukai zat tersebut. Pada akhirnya, akan muncul rasa kangen untuk mengonsumsi narkotika kembali.
"Ketika masa-masa itu, keluarga dan orang-orang terdekat dituntut untuk membantu memunculkan suasana yang tak membuat mereka kangen lagi untuk mengonsumsi natkotika, butuh perjuangan," ujarnya.
Kendati rehabilitasi efektif dalam mengubah perilaku konsumsi, masih ada persoalan paska rehabilitasi. Karena belum tentu keluarga, masyarakat bisa menerima orang paska rehabilitasi. Secara psikologi, mantan pemakai atau pecandu mengalami masa rawan. Mereka rentan terjatuh dan kembali ke teman-teman mereka yang lama, para pengguna narkotika, yang dianggap menerima mereka.
"Infrastruktur sosial kita belum dibangun," ujarnya.
Manajemen Artis Punya Peran Besar
Rustamaji menuturkan, kehidupan artis, salah satunya komedian dituntut untuk terus fit dan tidak stres. Sebetulnya, ada cara yang bisa ditempuh agar mereka tak terkena pengaruh negatif narkoba. Manajemen artis berperan besar untuk mendorong artis tetap berada di track yang benar.
"Mereka perlu daya dukung, seperti berapa jam tidur yang cukup untuk mereka, mengelola tekanan kerja dan lainnya. Bagaimana manajemen artis itu bisa memanaje artisnya menjadi seperti orang normal," kata dia.
Apalagi mengingat kebutuhan menunjang kehidupan mereka sebagai artis yang semakin berat.
"Misalnya membangun citra di hadapan masyarakat. Orang biasa butuh baju yang biasa saja, tetapi mereka butuh yang lebih mahal, mereka stressful," ucap dosen FKKMK UGM itu.
Sejumlah artis bisa terjerumus dalam narkoba karena dari segi medis, mereka membutuhkan sesuatu yang membuat para artis tetap terlihat fit dan segar di depan kamera. Padahal mereka kurang tidur dan istirahat.
"Narkotika menjanjikan itu. Jadi sebaiknya jadi orang apa adanya dan yang lain bisa mendukung itu," imbuhnya.
Berkaca dari kasus yang menimpa komedian Nunung, ia menyebut sejumlah kemungkinan. Pertama, Nunung tidak mengonsumsi narkotika setiap hari. Kedua, dosis penggunaan kecil walau sering. Ketiga, Nunung masih memiliki pengendalian diri yang baik, untuk mengontrol dirinya dalam mengonsumsi narkotika jenis sabu.
Hal itu melihat fakta bahwa Nunung memiliki tubuh yang gemuk, tidak kurus seperti pecandu kebanyakan.
Walau memberikan efek seperti kepercayaan diri, semangat dan termotivasi, efek yang ditakutkan dari konsumsi narkotika adalah adiksi.
"Ketika menggunakan zat itu, mereka terlihat seperti alien, lebih hebat dari biasanya. Tetapi ketika tidak menggunakannya, mereka merasa seperti bukan diri yang diharapkan," kata dia.