Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Pelanggan Turun, Ada Apa Dengan Netflix?

Netflix Inc. mengejutkan para investor dengan melaporkan penurunan jumlah pelanggan di Amerika Serikat dan pertumbuhan yang lambat di luar negeri.
Netflix/Istimewa
Netflix/Istimewa

Jumlah Pelanggan Berkurang, Saham Netflix Merosot 11%

Bisnis.com, JAKARTA -- Netflix Inc. mengejutkan para investor dengan melaporkan penurunan jumlah pelanggan di Amerika Serikat dan pertumbuhan yang lambat di luar negeri.

Saham raksasa media streaming tersebut anjlok sebesar 11% menjadi sekitar US$323 sebelum perdagangan saham AS dibuka pasca-Netflix melaporkan penurunan sebanyak 130.000 pelanggan di AS akibat kenaikan harga berlangganan dan variasi acara TV yang kurang menarik.

Netflix mencatatkan 2,8 juta pelanggan internasional sampai dengan kuartal kedua, yang bahkan tidak mencapai setengah dari target perusahaan.

"Tantangan bagi Netflix akan menjadi semakin berat di tengah kompetisi dan dicabutnya beberapa konten populer," ujar analis EMarketer Inc. Eric Haggstrom, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (18/7/2019).

Haggstrom menambahkan, konten eksisting serta konten baru yang akan tersedia diharapkan dapat membantu menarik jumlah pelanggan baru.

Kuartal kedua tahun ini merupakan periode yang kelam bagi Netflix sejak 2011, ketika perusahaan memutuskan untuk memisahkan bisnis DVD-by-mail dari lini bisnis streaming.

Langkah itu menaikkan harga berlangganan dan mengakibatkan 800.000 pelanggan di AS meninggalkan Netflix.

Pada kuartal ini, Netflix menargetkan penambahan sekitar 7 juta pelanggan baru dengan kembalinya acara TV populer seperti “Stranger Things” dan “Orange Is the New Black.”

"Posisi kami sangat bagus. Kami membangun kapasitas luar biasa untuk konten. Produk kami tidak pernah dalam kondisi yang lebih baik," kata Chief Executive Officer Netflix Reed Hastings.

Belakangan ini, investor Netflix mengeluhkan pengeluaran perusahaan yang tinggi untuk membeli hak tayang namun menghasilkan profit rendah.

Netflix mengeluarkan lebih dari US$3 miliar untuk kebutuhan pemrograman pada kuartal kedua dan US$600 juta untuk memasarkan kontennya, menyebabkan perusahaan berutang lebih dari US$594 juta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper