Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Sentral Korea mengikuti langkah sejumlah bank sentral global dengan secara tidak terduga memangkas suku bunga acuan setelah sebelumnya menurunkan proyeksi pertumbuhan dan inflasi guna mengantisipasi pelemahan ekonomi.
BOK memangkas seven-day repurchase rate mereka dari 1,75% menjadi 1,5%.
Regulator memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 2,2% untuk tahun ini, lebih rendah dari proyeksi pada April yakni sebesar 2,5%. Pada saat yang sama proyeksi inflasi disesuaikan dari 1,1% menjadi 0,7%.
Gubernur BOK Lee Juyeol mengatakan, bank sentral masih memiliki ruang, meskipun terbatas, untuk melakukan penyesuaian.
Suku bunga acuan bank sentral Korea Selatan sekarang hanya seperempat poin persentase di atas rekor terendah dan stabilitas keuangan masih menjadi perhatian utama.
Ekonom Standard Chartered Bank di Seoul, Park Chonghoon, mengatakan bahwa BOK kemungkinan akan menjaga suku bunga tetap pada posisi terbaru hingga Agustus 2019.
Baca Juga
Menurut Park, pernyataan dovish dari Lee hari ini membuka peluang bahwa kemungkinan akan ada pemangkasan lagi pada Oktober dan November.
"Kekhawatiran dari ketegangan dengan Jepang dan data lainnya mungkin akan sedikit membebani ekonomi," ujarnya seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (18/7/2019).
Obligasi bereaksi dengan cepat dan mencatatkan penguatan pascapenyesuaian suku bunga, beberapa analis memprediksi bahwa BOK akan melakukan pemangkasan berikutnya pada akhir tahun.
Pada saat yang sama, imbal hasil pada obligasi negara bertenor 10 tahun dan 3 tahun masing-masing turun 1,49% dan 1,36% sampai dengan pukul 13:21 waktu Seoul.
BOK sejatinya dilanda dilemma suku bunga ketika November tahun lalu rekan-rekannya melakukan kenaikan suku bunga hampir serentak menyusul langkah The Fed.
Delapan bulan kemudian, hampir sebagian besar dari kebijakan moneter global mengubah haluannya karena ketidakpastian dari sengketa dagang AS-China.
"Pemangkasan suku bunga menandakan perubahan prioritas kami. Kebutuhan untuk mendukung perbaikan ekonomi telah meningkat," ujar Lee saat mengumumkan pelonggaran kebijakan moneter tersebut.
Pemotongan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2016 ini menggambarkan urgensi di antara para pembuat kebijakan, yang saat ini tengah menghadapi tekanan pelemahan ekonomi serta tren penurunan suku bunga dari bank sentral lainnya.
Bank sentral di Australia dan India telah lebih dulu memangkas suku bunga acuan mereka tahun ini sebagai langkah antisipasi pelemahan ekonomi global.
Di sisi lain, Bank Indonesia diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan dewan gubernur pekan ini, setelah sebelumnya mengalami enam kali kenaikan.
"Pemotongan suku bunga Bank of Korea mencerminkan gelombang pelonggaran kebijakan yang lebih luas di seluruh Asia," kata Chua Hak Bin, seorang ekonom di Maybank Kim Eng Research Pte di Singapura.
Chua menambahkan, perang dagang AS-China mengganggu rantai pasokan teknologi dan Korea adalah simpul utama dalam rantai itu.
Tantangan bagi Korea ditambah lagi setelah Jepang memberlakukan pembatasan ekspor yang akan memperburuk gangguan pada rantai pasokan teknologi.
Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi China dan penurunan di sektor semikonduktor telah membuat ekspor Korea mengalami penurunan selama 7 bulan berturut-turut.
Lee mengutip perselisihan dengan Jepang sebagai salah satu faktor dalam perubahan proyeksi pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tahun ini.
"Jika pembatasan ekspor Jepang terhadap Korea Selatan menjadi kenyataan dan bahkan meluas, dampaknya terhadap ekonomi kita, termasuk ekspor, tidak akan kecil," katanya.