Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dia Dampak Positif Kerja sama Penghindaran Pajak Berganda Indonesia-Singapura

Prediksi penurunan ekonomi Singapura oleh IMF, dinilai tidak akan mengganggu kerja sama Indonesia dan Singapura untuk perjanjian penghindaran pajak berganda atau avoidance of double taxation.
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bersiap menyampaikan keterangan pers bersama dalam rangkaian pertemuan ASEAN Leaders Gathering di Sofitel Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bersiap menyampaikan keterangan pers bersama dalam rangkaian pertemuan ASEAN Leaders Gathering di Sofitel Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA -- Prediksi penurunan ekonomi Singapura oleh IMF, dinilai tidak akan mengganggu kerja sama Indonesia dan Singapura untuk perjanjian penghindaran pajak berganda atau avoidance of double taxation.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan, negosiasi ini seharusnya menguntungkan bagi Indonesia.

Dia beralasan bahwa selama ini pajak dikenakan bersumber dari negara asal maupun negara tujuan. Alhasil, saat Indonesia melakukan ekspor, pajak berlaku di Indonesia begitupula di Singapura.

"Sehingga barangnya kurang konpetitif di pasar global," papar Fikri kepada Bisnis.com, Rabu (17/7/2019).

Dia menyebut kondisi ini juga berlaku dalam mekanisme impor. Barang impor terkena pajak di Singapura maupun di Indonesia.

"Sehingga selama ini konsumen mendapat harga yang tinggi," paparnya.

Fikri menilai kerja sama ini wajib mematuhi asas transparansi sehingga penerimaan pajak dari kerja sama ini tidak menipis.

Dengan demikian upaya meningkatkan competitiveness advantage produk Indonesia, mempermudah supply chain, dan memperkecil dead weight loss baik bagi konsumen ataupun produsen bisa terwujud.

"Birokrasi dituntut lebih transparan dan semakin optimal. Sehingga hal-hal yang kurang diinginkan bisa diminimalisir," papar Fikri.

Sementara itu, Dana Moneter International (IMF), memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Singapura menjadi 2% hingga akhir 2019 karena ketegangan perdagangan global mengurangi permintaan ekspor.

Fikri menyebut hal ini tidak berdampak besar bagi Indonesia. Meski demikian, dampak ini bisa lebih besar bagi negara-negara Asia Tenggara lain.

"Kalau dari segi investasi, lebih besar sentimen negatif terhadap negara Asean saja. Karena kita tahu perekonomian paling advanced di Asean, ya Singapura," paparnya.

Fikri beralasan kondisi ini dipicu oleh ketergantungan Indonesia terhadap ekspor ke Singapura yang makin menurun.

"Ini relatif akan netral karena saya melihat sekarang, ekonomi Indonesia relatif lebih didominasi oleh dovish stance bank sentral dan risiko trade war, dibanding dampak resesi Singapura," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper