Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur The Fed Jerome Powell dan Bank Sentral Eropa Mario Draghi, serta sejumlah mitra bank sentral lainnya, memberikan sinyal siap untuk memotong suku bunga acuan guna mendongkrak pertumbuhan yang melemah serta inflasi yang lesu.
Namun mereka hanya punya sedikit ruang gerak untuk bekerja dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, tidak semua bank sentral memiliki potensi untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Ekspansi dan pertumbuhan harga sedang lesu meskipun bank sentral telah membanjiri pasar keuangan dengan likuiditas yang cukup hingga memberikan stimulus yang tampaknya tidak banyak membantu mengimbangi perang perdagangan.
Hambatan struktural lain seperti meningkatnya beban utang, gangguan digital, dan usia populasi yang menua turut mengurangi potensi kebijakan moneter yang lebih longgar.
"Ada batasan sampai mana pelonggaran moneter dapat dicapai. Mereka masih bisa mendapatkan manfaatnya [dari pelonggaran], namun ada batasannya," kata Gubernur Bank Sentral Australia Philip Lowe beberapa waktu lalu, seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (15/7/2019).
Di sisi lain, bank sentral AS juga menerima tekanan politik agar dapat mengeksekusi pemangkasan yang lebih tinggi, salah satunya tuntutan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Para investor juga menekan bank sentral agar dapat segera bertindak, tetapi mereka juga tidak yakin dengan realisasi yang dapat dicapai oleh regulator.
Baca Juga
Kepala Ekonom HSBC Holdings Plc. Janet Henry mengatakan bahwa kebijakan untuk memangkas suku bunga adalah langkah yang tepat di tengah penurunan aktivitas ekonomi.
"Tidak ada bank sentral yang ingin disalahkan karena gagal untuk bergerak cepat dalam mencegah hambatan ekspansi," kata Henry.
Meskipun Henry memperingatkan ada risiko lonjakan penggelembungan aset, Ethan Harris, Kepala Peneliti Ekonomi Global di Bank of America Corp, mengatakan bahwa keuntungan pelonggaran sekarang adalah untuk menghindari penurunan pasar yang akan menyeret pertumbuhan.
Di tengah berbagai risiko dan tekanan tersebut, para bankir di bank sentral mengatakan mereka siap menghadapi tantangan moneter berikutnya.
Pada kesempatan penyampaikan testimoni di hadapan Kongres AS pekan lalu, Powell menyampaikan bahwa ekonomi negeri Paman Sam tersebut ada pada posisi yang aman dan The Fed berniat untuk mempertahankan prestasi tersebut dengan instrumen yang mereka miliki.
Sementara itu, belum lama ini Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda mengungkapkan bahwa pihaknya mampu mengeluarkan lebih banyak stimulus jika dibutuhkan.