Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendiri Foxconn Desak Apple Pindahkan Produksi dari China

Pendiri Foxconn meminta Apple untuk memindahkan sebagian rantai produksinya dari China ke Taiwan.
Para pengunjung melihat-lihat booth Foxconn di World Intelligence Congress di Tianjin, China, Mei 2018./Reuters
Para pengunjung melihat-lihat booth Foxconn di World Intelligence Congress di Tianjin, China, Mei 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pendiri Foxconn meminta Apple untuk memindahkan sebagian rantai produksinya dari China ke Taiwan.

“Saya mendesak Apple untuk pindah ke Taiwan,” ujar Terry Gou, pemegang saham terbesar di Hon Hai Precision Industry Co., yang lebih beken dengan nama Foxconn, seperti dikutip dari Bloomberg.

“Saya pikir itu sangat mungkin,” tambahnya, menjawab pertanyaan tentang apakah raksasa teknologi Amerika Serikat tersebut akan memindahkan rantai produksinya dari China.

Ancaman pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif hingga 25 persen pada impor China senilai US$300 miliar, termasuk ponsel dan laptop, telah memicu spekulasi bahwa Apple akan memindahkan sebagian kapasitas produksinya dari China.

Nikkei mengabarkan bahwa Apple telah meminta kepada para pemasoknya untuk menghitung implikasi pemindahan 15 persen-30 persen kapasitas produksinya dari China ke Asia Tenggara.

Perusahaan-perusahaan Taiwan yang merakit sebagian besar produk elektronik dunia saat ini memperluas atau mengeksplorasi pabrik di Asia Tenggara dan wilayah lain untuk menghindari tarif AS. Meski demikian, sebagian besar kapasitas mereka tetap berakar di China.

Hon Hai, pemasok terbesar Apple yang memiliki pabrik-pabriknya di Negeri Tirai Bambu, diketahui merakit sebagian besar iPhone dari kota Zhengzhou di China tengah.

Hon Hai saat ini merupakan perusahaan swasta terbesar di China yang mengupah satu juta pekerja migran untuk membuat banyak hal, mulai dari iPhone hingga laptop.

Di sisi lain, pergeseran manufaktur yang signifikan dari China ke Taiwan juga dapat memperburuk ketegangan antara kedua pemerintah. Pemerintah China masih menganggap negeri ini sebagai bagian dari wilayahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper