Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan pihaknya akan tetap menggunakan tarif impor sebagai strategi perdagangan, sedangkan China bersumpah akan membalas dengan tindakan yang lebih keras kalau AS tidak mengubah strateginya di tengah negosiasi yang sedang berlangsung.
Amerika Serikat memulai perang tarif dengan China pada tahun 2018 dengan tujuan agar negara tersebut melakukan perubahan struktural dalam sistem perdagangan. Akan tetapi, ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat tajam pada Mei lalu setelah Trump menuduh China mengingkari janji untuk membuat perubahan struktur ekonomi meski pembicaraan perdagangan telah berlangsung selama berbulan-bulan.
"Tarif adalah alat negosiasi yang hebat," menurut kicauan Trump seperti dikutip ChanelNewsAsia.com, Rabu (12/6/2019).
Dia mengatakan bahwa pihaknya siap untuk memaksakan pemberlakukan tarif baru untuk menghukum China.
Pada Senin (10/6/2019), Trump mengatakan akan menaikkan tarif impor China lebih tinggi, jika tidak ada kemajuan dalam pembicaraan perdagangan dengan Presiden Cina Xi Jinping pada pertemuan puncak G20 bulan ini.
Trump telah berulang kali mengatakan dia sedang bersiap-siap untuk bertemu Xi di KTT di Osaka, Jepang, pada akhir Juni. Hanya saja China belum mengonfirmasi hal itu.
Baca Juga
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang menyatakan tidak tertarik untuk mengonfirmasi pertemuan Xi-Trump di G20. Dia megatakan informasi akan dirilis setelah kementerian luar negeri memutuskannya.
"China tidak ingin berperang, tetapi kami tidak takut berperang," katanya seraya menambahkan bahwa pintu China terbuka untuk pembicaraan berdasarkan kesetaraan.
Dia menegaskan bahwa jika Amerika Serikat hanya ingin meningkatkan friksi perdagangan maka pihaknya dengan tegas akan membalas dan berjuang sampai akhir.
Pada 10 Mei lalu, Trump menaikan tarif barang-barang China sebesar 25 persen menjadi US$200 miliar dan mengambil langkah-langkah untuk memungut bea tambahan senilai US$300 miliar. Beijing kemudian membalas dengan kenaikan tarif pada impor AS senilai US$60 miliar setelah direvisi sebelumnya.