Bisnis.com, JAKARTA - Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) diduga kuat merupakan pihak yang memfasilitasi sabotase yang menyasar empat kapal tanker, termasuk dua milik Arab Saudi di Fujairah, Uni Emirat Arab pada Minggu (12/5/2019).
Berdasarkan kesimpulan dari penyelidikan perusahaan asuransi, Asosiasi Asuransi Risiko Perang Pemilik Kapal Norwegia (DNK) yang dihimpun Reuters, serangan tersebut kemungkinan disebabkan oleh serangan drone bawah air yang membawa 30 sampai 50 kilogram bahan peledak. Drone itu sendiri diperkirakan dioperasikan dari sebuah kapal.
Sabotase tersebut terjadi di tengah meningkatnya tensi antara Iran dan Amerika Serikat menyusul percobaan Washington bulan ini untuk memangkas ekspor minyak Teheran menjadi nol. AS juga meningkatkan jumlah militernya di kawasan Teluk sebagai langkah antisipasi atas apa yang disebutnya sebagai ancaman Iran.
Arab Saudi bersama Uni Emirat Arab dan Norwegia sampai saat ini belum menyalahkan pihak manapun atas sabotase tersebut. Mereka masih menyelidiki serangan yang juga mengenai dua kapal berbendera UEA dan Norwegia itu.
Kesimpulan DNK yang mengarahkan kecurigaan pada pasukan elit Iran dilatarbelakangi sejumlah faktor. Mereka menyatakan IRGC sangat mungkin telah memasok persenjataan untuk kelompok Houthi yang selama ini memerangi pasukan koalisi Saudi di Yaman.
"IRGC sangat mungkin memasok kapal tanpa awak bermuatan peledak yang mampu menyasar kapal dengan posisi yang akurat," tulis DNK dalam dokumen yang dilihat Reuters.
DNK pun menjelaskan bahwa mereka menemukan kesamaan pecahan peluru di kapal tanker Andrea Victory milik Norwegia dengan peluru yang digunakan Houthi di Yaman.
Kapal tanker yang membawa minyak mentah milik Saudi, Amjad dan kapal bunker berbendera UEA, A. Michel mengalami kerusakan di bagian mesin. Sementara kapal Saudi lainnya, Al Marzoqah mengalami kerusakan belakang dan tanker milik Norwegian Andrea Victory menderita kerusakan parah di bagian buritan.
Laporan DNK menyebutkan bahwa serangan tersebut dilakukan di enam sampai 10 mil laut dari Fujairah yang berdekatan dengan Selat Hormuz.
Selat Hormuz adalah rute penting bagi pengiriman minyak dan gas dunia. Selat ini memisahkan negara-negara Teluk dengan Iran dan seperlima minyak dunia didistribusi melalui perairan ini. Sebelumnya, Iran pernah mengancam akan memblokir semua ekspor yang melalui selat tersebut.
Menurut DNK, sangat mungkin bahwa serangan itu dimaksudkan untuk mengirim pesan ke Amerika Serikat dan sekutunya bahwa Iran tidak perlu memblokir Hormuz untuk mengganggu kebebasan navigasi di wilayah tersebut.
DNK mengatakan Iran juga sangat mungkin akan melanjutkan serangan skala rendah serupa pada kapal dagang di periode mendatang.