Bisnis.com, SOLO -- Mendapat nilai 100 atau sempurna untuk satu mata pelajaran Ujian Nasional (UN) saja sudah membuat siswa senang dan bangga. Apalagi jika nilai 100 itu didapat untuk lebih dari satu mata pelajaran.
Ananda Hafidh Rifai , siswa SMAN 4 Solo berhasil mendapat nilai 100 untuk empat mata pelajaran.
Nilai 100 itu semakin istimewa mengingat saat ini UN menggunakan soal-soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang terkenal sulit dan menjadi hantu tersendiri bagi sebagian besar siswa.
Karena adanya HOTS itu pula Hafidh awalnya tak berani memasang target muluk-muluk soal nilai UN-nya. Hafidh pun kaget saat hasil UN diumumkan dan dirinya mendapat nilai 100, tak hanya untuk satu mata pelajaran.
Hafidh mendapat nilai 100 untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Peminatan Jurusan.
“Kaget sebenarnya. Apalagi ketika tahu empat mapel mendapatkan nilai 100. Saya sebelumnya tidak memasang target. Cuma kalau bisa saya harus dapat nilai bagus. Alhamdulilahnya saya lolos SNMPTN [Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri] di Universitas Gadjah Mada [UGM],” ungkap Hafidh ketika diwawancarai Solopos.com di sela-sela aktivitasnya, Senin (13/5/2019).
Baca Juga
Hafidh memang berkeinginan melanjutkan studi di perguruan tinggi dan mengambil jurusan teknik. Tanpa disangka dia diterima di UGM jurusan Teknik Elektronik.
Hafidh bercerita selepas UN, ia dan teman-temannya biasanya langsung membahas soal-soal yang baru saja dikerjakan. Hafidh menemukan beberapa jawaban yang berbeda dari jawaban teman-temannya.
Bahkan ia juga sempat berdebat dengan teman-temannya terkait jawaban mereka. "Soal-soalnya memang susah banget. Karena beda jauh sama soal yang keluar tahun-tahun lalu. Tidak ada bayangan model soal seperti itu bakal keluar di ujian. Kalau kebetulan tidak pernah latihan model soal kayak begitu tidak akan bisa ngerjain. Tidak paham caranya,” ungkap pengidola B.J. Habibie ini.
Untuk mata pelajaran Peminatan, Hafidh mengaku lebih optimistis. Namun ia hanya memperkirakan bisa meraih nilai 95 untuk mapel tersebut.
“Karena ada beberapa soal yang saya ragukan jawabannya benar atau tidak. Kalau mapel Peminatan biasanya saya cuma belajar materi yang belum dikuasai. Awalnya saya kurang menguasai Matematika sehingga jadi sering belajar Matematika daripada mapel lainnya,” jelasnya.
Hafidh mengaku tidak menggunakan metode belajar khusus. Ia hanya belajar seperti saat menghadapi ujian biasanya. Bahkan jika ada tryout, Hafidh juga sering belajar dengan sistem kebut semalam.
Untuk menghadapi UNBK, Hafidh menambah jadwal belajar dengan ikut bimbingan belajar (bimbel) dan les privat. "Alhamdulillah dapat faktor beruntungnya datang saat UNBK,” tandasnya.
Sementara itu, seperti ditulis Antara, Hafidh mengaku tidak mengikuti les atau bimbingan belajar karena anak pertama dari empat bersaudara ini memiliki keterbatasan dalam biaya.
Hafidh mengatakan ayahnya yang bernama Ahmad Kusnanto telah meninggal dunia saat Hafidh duduk di kelas tiga SMP. Sedangkan ibunya yang bernama Supadmi hanya bekerja sebagai penjual mainan di depan SD di kawasan Kartasura.
"Selama ini ibu yang membiayai sekolah saya dan adik-adik. Pakde juga membantu," kata Ananda.
Untuk pendidikan di perguruan tinggi, saat ini ia sudah dinyatakan lolos pada seleksi mahasiswa baru di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta melalui jalur undangan bagi siswa berprestasi atau SNMPTN.
"Saya juga ikut program bidikmisi. Harapannya ke depan bisa membantu ibu mengangkat derajat keluarga," kata Ananda.
Selain Hafidh, siswa SMAN 2 Solo, Mpu Alit, mendapatkan nilai 100 untuk mapel Bahasa Inggris dan Matematika. “Saya tak menduga bisa mendapatkan nilai 100. Atas doa dari orang tua, bapak dan ibu guru saya bisa mendapatkan nilai sempurna ini,” ujarnya.