Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imam Besar Masjid Istiqlal Nilai Indonesia Bisa Tiru Cara Selandia Baru Sikapi Aksi Teror

Imam Besar Masjid Istoqlal Nasaruddin Umar menilai empati yang diperlihatkan Perdana Menteri Jacinda Ardern dengan mengunjungi korban teror dengan mengenakan penutup kepala bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat. Hal itu, ungkap Nasaruddin, bisa memutus rasa marah dan meredam kebencian yang muncul sebagai efek dari terorisme.
Ilustrasi - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (kiri) berceramah saat Istiqlal Bertakbir di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (24/6). Kegiatan takbiran tersebut untuk menyambut Idul Fitri 1438 Hijriah yang jatuh pada Minggu (25/6). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ilustrasi - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (kiri) berceramah saat Istiqlal Bertakbir di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (24/6). Kegiatan takbiran tersebut untuk menyambut Idul Fitri 1438 Hijriah yang jatuh pada Minggu (25/6). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengapresiasi langkah pemerintah Selandia Baru yang langsung mengutuk aksi penembakan di dua masjid di Christchurch sebulan lalu sebagai aksi teroris. Ia menyatakan pernyataan Perdana Menteri Jacinda Ardern merupakan bentuk empati yang tepat bagi umat muslim yang kala itu menjadi korban dari serangan.

"Pernyataan Perdana Menteri Selandia yang langsung menganggap itu sebagai teroris sangat bagus. Biasanya aksi demikian mendapat respons yang lambat dan memberi kesan bahwa yang teroris hanya Muslim. Tetapi Perdana Menteri hari itu juga secara spontan menyebutnya sebagai aksi teroris dan itu sedikit memberi kelegaan pada dunia Islam," ungkap Nasaruddin dalam sebuah diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Senin (15/4/2019).

Sebagai salah satu tokoh Islam terkemuka, Nasaruddin menilai empati yang diperlihatkan Perdana Menteri Jacinda Ardern dengan mengunjungi korban teror dengan mengenakan penutup kepala bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat. Hal itu, ungkap Nasaruddin, bisa memutus rasa marah dan meredam kebencian yang muncul sebagai efek dari terorisme.

"Saya bisa bayangkan jika Selandia Baru menganggap kejadian ini sebagai peristiwa kecil, jika pemerintah tak menyebutnya sebagai perbuatan teroris, mungkin ada dampak yang lain, buntutnya akan panjang. Namun yang diperlihatkan mampu meredam bangkitnya rasa dendam dan yang berkembang adalah rasa kemanusiaan," papar Nasaruddin.

Ia lantas menyebut kebijakan pemerintah Selandia Baru sudah tepat dan bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia.

"Seandainya hal seperti itu terjadi, pemerintah Indonesia harus menggunakan bahasa yang tepat. Jangan ada lagi pernyataan yang berlawanan dengan opini publik yang sedang mengalir. Ini pembelajaran bagi kita," ucapnya.

Simpati yang diperlihatkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memang menuai apresiasi dari banyak pihak. Alih-alih memberi panggung pada pelaku teror Christchurch, Ardern kala itu lebih berfokus pada pemulihan keluarga korban dengan mengunjunginya secara langsung.

Penembakan massal yang terjadi jelang pelaksanaan ibadah salat Jumat di Christchurch terjadi bulan lalu, tepatnya pada 15 Maret. Seorang warga Australia bernama Brenton Tarrant melepaskan serangkaian tembakan ke warga sipil. 50 orang dipastikan tewas usai aksi itu, sementara puluhan lainnya dirawat karena menerima luka tembakan.

Aksi teror Christchurch melahirkan kekhawatiran akan bahaya paham ektremisme sayap kanan. Pasalnya, Tarrant sang pelaku mengaku aksinya dimotivasi rasa benci terhadap imigran dan penduduk Muslim. Dalam manifesto yang ia sebar sebelum melakukan teror, Tarrant menuliskan pesan-pesan bernada rasisme dan Islamophobia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper