Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakpastian Brexit Picu Kekhawatiran Pebisnis

Perselisihan yang muncul antara Perdana Menteri Inggris Theresa May dengan Uni Eropa terkait potensi diundurnya Brexit telah memicu prospek buruk untuk perusahaan-perusahaan Inggris.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perselisihan yang muncul antara Perdana Menteri Inggris Theresa May dengan Uni Eropa terkait potensi diundurnya Brexit telah memicu prospek buruk untuk perusahaan-perusahaan Inggris.

"Jika Anda menjalankan bisnis yang percaya bahwa no-deal sudah dihapus dari opsi Brexit, fakta ini akan mengejutkan. Jika Uni Eropa tidak memberikan parlemen perpanjangan waktu maka no-deal Brexit akan terjadi," kata Mats Persson, kepala strategi Brexit di EY di London, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (21/3/2019).

PM May akan mengajukan permintaan ke Uni Eropa agar Brexit dapat ditunda tiga bulan dari batas waktu 29 Maret menjadi 30 Juni.

Di tengah persiapan May yang akan menyampaikan permintaan tersebut kepada Uni Eropa pada pertemuan tingkat tinggi di Brussel, Kamis (22/3/2019), Perancis telah lebih dulu mematahkan semangat Inggris dengan memperingatkan bahwa mereka tidak akan mendukung permintaan May jika tidak ada jaminan pemerintah Inggris akan mencapai kesepakatan dengan parlemen.

Ketidakpastian yang berlangsung sejak referendum 2016 ini mengakibatkan para pengusaha dan investor berada pada zona limbo, mereka tidak yakin apakah Inggris akan tetap terikat dengan Uni Eropa atau melepaskan diri sepenuhnya.

Bahkan jika Uni Eropa mengabulkan perpanjangan waktu Brexit dan potensi no-deal benar-benar tereliminasi, bisnis di Inggris masih akan menghadapi beberapa komplikasi.

Penundaan Brexit dalam jangka waktu pendek mungkin dapat dikabulkan oleh beberapa perusahaan, namun akan menjadi masalah bagi mereka yang sudah terlanjur melakukan penumpukkan barang sebagai antisipasi perubahan tarif pasca Inggris keluar dari Uni Eropa.

Emily Khan, penasihat investasi dari PwC di London, mengatakan industri yang paling dirugikan adalah mereka yang bergerak di bidang makanan, obat-obatan, dan produk mode.

"Apa yang Anda miliki yang sesuai untuk dijual pada bulan April mungkin tidak sesuai untuk bulan Juli. Dalam hal ini, Anda tidak punya banyak waktu untuk menimbun persediaan yang lebih besar dari volume normal dan menumpuk barang yang lain," kata Khan.

Bini Ludlow, pemilik Bini Fine Foods di Inggris barat daya yang memproduksi makanan India siap saji, sudah lebih dulu mengantisipasi perubahan dari Brexit dengan menimbun kemasan makanan.

Belum lagi dia dikhawatirkan dengan gangguan impor yang mungkin berdampak pada produk segar seperti tomat dan ketumbar yang menjadi bahan dasar dalam resep karinya.

"Kami tidak dapat merencanakan apa yang harus dilakukan," kata Ludlow.

"Saya berharap keputusan Inggris tetap tergabung dengan Uni Eropa sehingga bisnis dapat berlanjut seperti biasa," tambahnya.

Sementara itu bagi Grup Rhodes Ltd., spesialis produsen mesin di Inggris utara, mengatakan bahwa rencana PM May untuk menunda Brexit akan memperpanjang ketidakpastian apalagi tidak ada jaminan apakah no-deal Brexit pada akhirnya dapat dihindari.

"Kami tidak pernah menghadapi situasi seperti ini. Ketika Anda membeli komponen dalam jumlah besar, Anda harus yakin tentang kondisi pasar sebelum berinvestasi," ujar Mark Ridgway, CEO Group Rhodes Ltd.

Ridgway menambahkan bahwa pelanggan dari Eropa dan Inggris menahan pesanan karena mereka tidak yakin dengan kondisi pasar di kedua kawasan ini.

Menunda Brexit juga akan menambah masalah bagi para produsen mobil seperti Jaguar Land Rover Automotive Plc., BMW AG dan Honda Motor Co., yang sudah merencanakan penghentian produksi untuk April.

Penghentian ini menyusul saran pemerintah untuk mempersiapkan bisnis dari potensi risiko no-deal Brexit, tetapi dengan penundaan Brexit perusahaan akan merugi karena produksi yang terhenti sementara Inggris masih memiliki akses ke pasar tunggal Eropa.

Efek dingin Brexit pada iklim investasi telah membebani ekonomi Inggris, mendorong penurunan tahunan terburuk pada kuartal IV/2018 sejak krisis keuangan.

Menurut seorang mantan wakil gubernur Bank Sentral Inggris, pemulihan dari pengeluaran perusahaan akan butuh waktu hingga beberapa tahun, bahkan jika parlemen segera mencapai kesepakatan Brexit.

David Smith, direktur pelaksana Specac Ltd., produsen peralatan laboratorium yang berbasis di Kent yang mengekspor 90% produknya, mengatakan bahwa perpanjangan tenggat waktu Brexit hanya akan memperparah iklim investasi.

"Itu [penundaan Brexit] semakin memperkuat poin bahwa Inggris akan berada dalam kekacauan. Kami sudah menyerah untuk mencoba memahami hal ini," kata Smith.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper