Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Inggris secara tidak terduga meningkat pada Februari 2019 berkat kenaikan pada harga makanan, minuman, tembakau dan permainan komputer.
Realisasi sebesar 1,9% dari 1,8% pada Januari masih berada di bawah target 2% yang ditetapkan oleh Bank Sentral Inggris, sehingga para pembuat kebijakan tidak berada di bawah tekanan untuk menaikkan suku bunga di tengah tekanan dari kekacauan Brexit yang membebani ekonomi.
Pada saat yang sama inflasi inti Inggris melambat menjadi 1,8%.
"Kontribusi peningkatan terbesar berasal dari sektor rekreasi, terutama dari penjualan permainan komputer, yang mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan pada bulan lalu jika dibandingkan dengan realisasi pada 2018," tulis Kantor Statistik Nasional Inggris dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip melalui Bloomberg Kamis (21/3/2019).
Sementara itu harga-harga meningkat untuk produk pangan seperti roti, sereal dan sayur mayur.
Efek-efek ini sebagian besar diimbangi oleh harga bahan bakar mobil, ongkos angkutan umum, pakaian serta alas kaki yang membukukan rebound lebih kecil dari perkiraan setelah Januari.
Konsumen sekali lagi menikmati momen pertumbuhan belanja menyusul kenaikan upah yang lebih tinggi dari peningkatan harga barang di pasar. Terakhir kali inflasi berada di bawah target bank sentral tercatat pada 2016.
Referendum Brexit pada awal 2016 memicu penurunan poundsterling dan lonjakan biaya impor.
Pengangkatan batas harga tertinggi pada harga energi dan bahan bakar diperkirakan akan mendorong inflasi kembali di atas target pada kuartal kedua tahun ini, meskipun untuk hanya untuk sementara, apalagi dengan kondisi tekanan biaya yang meningkat di pasar tenaga kerja.
Meski demikian Bank Sentral Inggris diperkirakan akan menahan diri untuk menaikkan suku bunga selama risiko no-deal Brexit tetap muncul pada skenario kepergian Inggris dari Uni Eropa.
Dari data terpisah, kekhawatiran terhadap potensi risiko Brexit telah merugikan pasar properti di mana pertumbuhan harga rumah tahunan melambat menjadi hanya 1,7% pada Januari, setidaknya sejak 2013.
London, wilayah dengan kinerja properti terburuk, mengalami penurunan nilai sebesar 1,6% atau pelemahan terbesar sejak 2009 ketika Inggris berada dalam cengkraman krisis keuangan global.
Harga input produsen naik 0,6% pada Februari atau tumbuh 3,7% secara tahunan, sementara harga output naik 2,2% secara tahunan.
Ekonom mengatakan mereka memperkirakan inflasi akan segera naik di atas target bank sentral, terutama karena banyak tagihan utilitas rumah tangga akan meningkat pada bulan April.
"Inflasi meningkat untuk pertama kalinya sejak Agustus 2018, berkat kenaikan harga pada berbagai item seperti makanan dan alkohol," kata Suren Thiru, seorang ekonom di Kamar Dagang Inggris, seperti dikutip melalui Reuters.
“Bisnis juga terus melaporkan bahwa biaya bahan baku impor meningkat. Karena biaya input yang tinggi ini disaring melalui rantai pasokan, mereka dapat meningkatkan tekanan ke atas pada harga konsumen dalam jangka pendek,” tambahnya.