Bisnis.com, JAKARTA - Hasil survei Pemilihan Presiden yang dilakukan PolMark Indonesia pada 7 Oktober 2018 hingga 12 Februari 2019 menyebutkan elektabilitas pasangan Calon Presiden Joko Widodo-Kiai Ma'ruf Amin hanya unggul 14,6% dari pasangan Capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan, elektabilitas Jokowi-Amin 40,4%, sedangkan Prabowo-Sandi 25,8%," kata Founder dan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah di Semarang, Rabu (13/3/2019).
Menurut dia, jarak elektabilitas antarkedua kandidat Pilpres 2019 tersebut termasuk kecil karena masih ada 33,8% calon pemilih yang belum menentukan pilihan politiknya.
"Dengan masih adanya siswa waktu 34 hari lagi sebelum pelaksanaan Pilpres 2019, jarak keduanya kecil karena masih ada 33,8% 'undicided voters'," ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Eep pada Forum Pikiran, Akal, dan Nalar yang diselenggarakan Partai Amanat Nasional bersama PolMark Indonesia yang dihadiri Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan pengamat politik Rocky Gerung.
Lebih lanjut Eep memaparkan hasil survei PolMark Indonesia di mana ada kader-kader partai politik yang tidak solid dalam menjalankan instruksi terkait pilpres mendatang.
Ia mencontohkan ada 5,9% kader PDIP yang mendukung Prabowo-Sandi dan 19,5% belum menentukan pilihan.
"Hal yang sama di tubuh PPP 30%, Nasdem 24,1%, PKB 15,7%, Golkar 30,6%, Perindo 27,9%, Hanura 24,7%, PSI 12,9% dan PKPI 29,7% yang kadernya mendukung paslon 02," katanya.
Hal serupa juga terjadi pada Partai Gerindra 11%, Partai Demokrat 28,5%, PAN 25%, PKS 15,7%, Partai Berkarya 14,9%, dimana kadernya mendukung palson 01.
Survei yang dilakukan PolMark Indonesia ini mengambil 32.560 responden dari 73 daerah pemilihan yang meliputi 172.008.099 pemilih atau 92,9% dari pemilih Pemilu 2019.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode "multistage random sampling" dengan "margin of error" sekitar 4.8% untuk masing-masing survei di 72 dapil, sedangkan khusus untuk Dapil Jabar 3, margin of error-nya adalah sekitar 3.4%.
Sementara itu, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengaku tidak sependapat dengan pernyataan sejumlah pihak yang mengibaratkan Pilpres 2019 sebagai ajang peperangan.
"Pilpres bukan peperangan, melainkan memilih pemimpin negara dan kita sudah sepakat demokrasi Pancasila, yang berkuasa adalah rakyat," ujarnya.
Zulkifli meminta para kader PAN untuk memenangkan Pemilu 2019 dan mewujudkan pemilu yang bersih serta membela kepentingan rakyat.
Menurut dia, kader PAN juga harus menegakan kepemimpinan yang bersih dan antinepotisme, serta menghormati pilihan calon pemimpin yang berbeda.
"Segenap kader PAN wajib memenangkan pemilu 2019. Tujuan kita adalah membangun Indonesia yang adil, makmur, dan bermartabat. Mari berpemilu sebagai bentuk berikhtiar," katanya.