Bisnis.com, JAKARTA - Kepala BPPT Hammam Riza secara resmi membuka Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Untuk Penanganan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di wilayah Riau Tahun 2019.
Hammam mengatakan pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca atau dikenal hujan buatan ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk mencegah timbulnya asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
BPPT berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta dukungan TNI AU mengoptimalkan pemanfaatan teknologi hujan buatan untuk memadamkan titik api di wilayah Riau.
“BPPT berkoordinasi dengan BNPB dan didukung TNI AU, sejak akhir Februari kemarin terus melakukan penerbangan untuk menyemai awan guna membuat hujan buatan di atas langit Riau,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (4/3/2019).
Berdasarkan pantauan satelit (Terra/Aqua dan snpp), sejak 1 Januari hingga 27 Februari 2019 total hotspot dengan tingkat kepercayaan di atas 80% di Wilayah Riau jumlahnya mencapai sebanyak 293 titik.
“Dengan memperhatikan kondisi hotspot tersebut, pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ini adalah salah satu langkah paling efektif dalam rangka siaga darurat kebakaran hutan dan lahan,” imbuhnya.
Hammam menegaskan bahwa penggunaan teknologi hujan buatan ini harus dioptimalkan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang semakin meluas.
“Jadi ya hujan buatan ini juga dilakukan untuk mengoptimalkan potensi awan menjadi hujan untuk pembasahan lahan-lahan gambut dan pengisian embung-embung penampungan air untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang lebih luas dan tidak terkendali,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca ini juga sebenarnya dapat dilakukan lebih massif. Khususnya untuk dilaksanakan di beberapa wilayah Indonesia yang berpotensi besar terjadi Karhutla.
Strategi pelaksanaan hujan buatan ini dapat juga difokuskan untuk membasahi (re-wetting) lahan gambut yang dinilai mempunyai tingkat kekeringan yang sudah perlu diwaspadai.
Seiring usulan tersebut, Hammam menyatakan bahwa memang armada pesawat penyemai garam untuk hujan buatan ini jumlahnya sangat terbatas. Sehingga jika ada Karhutla di Sumatera dan di Kalimantan, maka akan sangat kesulitan untuk melakukan hujan buatan ini secara serentak.
“Semoga dengan dukungan BNPB yang semakin erat ini, kami dapat dibantu untuk pengadaan armada pesawat hujan buatan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BNPB Doni Monardo menuturkan bahwa pemerintah berharap dengan adanya upaya modifikasi cuaca ini kabut asap yang diakibatkan oleh kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau bisa segera diatasi.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak BPPT dan TNI Angkatan Udara melakukan modifikasi cuaca. Kami harap dukungan teknologi modifikasi cuaca ini mampu mengatasai kabut asap akibat Karhutla ini,” paparnya.