Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Aktivitas Manufaktur China Anjlok

Indeks aktivitas manufaktur China mencapai level terendah selama tiga tahun terakhir pada Februari karena permintaan ekspor yang terus turun dengan laju tercepat sejak Februari 2009.
Manufaktur China/Reuters
Manufaktur China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks aktivitas manufaktur China mencapai level terendah selama tiga tahun terakhir pada Februari karena permintaan ekspor yang terus turun dengan laju tercepat sejak Februari 2009.

Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional China, Indeks Manajer Pembelian (PMI) turun menjadi 49,2 pada Februari, dari 49,5 pada bulan sebelumnya. 

Realisasi yang suram kemungkinan akan memperkuat pandangan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia ini masih tidak memiliki cukup tenaga untuk bergerak maju, sejak pertumbuhan tahun lalu melemah ke level terendah selama 30 tahun terakhir.

Bahkan dengan stimulus dari pemerintah untuk mendorong aktivitas produksi, perlambatan ekonomi China dikhawatirkan akan semakin tajam apalagi jika perundingan dagang gagal meredakan ketegangan.

Sebelumya, analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan output manufaktur tidak akan berubah dari 49,5 pada Januari. Aktivitas pabrik China umumnya telah melemah sejak Mei tahun lalu.

"Kecuali jika perang dagang benar-benar berubah menjadi gencatan senjata yang diperpanjang, tren pelemahan mungkin tidak berakhir dalam waktu cepat. Kami memproyeksikan PMI pada Maret akan turun," ujar Iris Pang, ekonom ING untuk kawasan China, dalam sebuah catatan, seperti dikutip melalui Reuters, Kamis (28/2).

Industri manufaktur China terus melakukan pemutusan kerja terhadap karyawan lebih agresif, tren ini terus diperhatikan oleh otoritas karena sudah mulai membebani produktivitas.

Laju pemutusan kerja bergerak dalam kecepatan penuh sejak Desember 2015.

Permintaan baru untuk ekspor menyusut selama sembilan bulan berturut-turut dengan tingkat pelemahan yang sangat tajam.

Sub-indeks turun menjadi 45,2 atau mencapai level terendah sejak Februari 2009 dari 46,9 pada bulan lalu.

Meskipun demikian, permintaan domestik mulai mencatatkan pertumbuhan dengan kenaikan sub-indeks menjadi 50,6 pada Februari dari 49,6 pada Januari, setelah mengalami penurunan selama dua bulan berturut-turut.

Penurunan output juga disebabkan oleh pengurangan kegiatan produksi atau penutupan pabrik sejak libur panjang Tahun Baru Imlek pada awal Februari.

Namun para pekerja, pemilik bisnis, dan aktivis buruh mengatakan bahwa sejumlah perusahaan telah tutup lebih awal dari biasanya ketika dampak perang dagang mulai menggigit produksi manufaktur di China, beberapa pabrik bahkan terancam tutup untuk selamanya.

New York Times melaporkan pada Rabu (27/2), perusahaan patungan (joint venture) Ford Motor Co di China diam-diam mulai memecat ribuan pekerjanya karena penjualan mobil yang lemah di negeri panda.

Sejumlah ekonom percaya bahwa ekonomi China akan turun mencapai level di bawah 6% pada semester pertama tahun ini dari 6,4% pada kuartal keempat tahun lalu, sebelum menacapai stabilisasi pada akhir tahun ketika serangkaian stimulus pemerintah mulai menunjukkan efeknya.

"Sektor properti melemah sementara itu siklus penggantian barang tahan lama serta efek pengembalian dari ekspor sebelumnya akan tetap bergerak stagnan," tulis Ting Lu, Kepala Ekonom China di Nomura, dalam sebuah catatan.

Ketidakpastian turut membayangi perundingan dagang antara China dengan Amerika Serikat yang masih berlangsung dengan perpanjangan tenggat waktu kenaikan tarif.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin (25/2) bahwa ia mungkin dapat segera menandatangani kesepakatan dengan Presiden China Xi Jinping untuk mengakhiri perang dagang, jika kedua pihak dapat menyiasati perselisihan yang masih tersisa

Tetapi ketua negosiator AS mengatakan pada Rabu (27/2), bahwa terlalu dini untuk memprediksi hasilnya.

Pertumbuhan sektor industri jasa China juga melemah pada Februari setelah rebound selama dua bulan berturut-turut karena pesanan baru naik pada kecepatan yang lebih lambat.

Ini merupaka tanda ketegangan lainnya setelah konsumen diketahui menjadi lebih berhati-hati terhadap pengeluaran.

Pertumbuhan industri jasa terutama terseret oleh perlambatan penting dalam kegiatan konstruksi, asrtinya stimulus fiskal baru-baru ini yang dilakukan melalui penambahan penerbitan obligasi belum tercermin dalam investasi infrastruktur. 

Sub-indeks turun mendekati 2 poin persentase menjadi 59,2 pada bulan Februari. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper