Bisnis.com, JAKARTA -- Untuk menghindari potensi larangan penggunaan produk Huawei, eksekutif telekomunikasi Eropa menyarankan agar dilakukan perbaikan perangkat lunak, pemantauan yang lebih ketat, dan membatasi akses produk Huawei terhadap bagian sensitif jaringan telekomunikasi mereka.
Sejak Inggris mengangkat isu terkait perangkat Huawei pada Juli tahun lalu, BT Group Plc., perusahaan telekomunikasi asal Inggris meninjau kembali kebijakan mereka tentang jaringan nirkabel.
Mereka juga melakukan sejumlah perubahan dengan mengganti jaringan milik EE Limited, yang mereka akuisisi pada 2016.
Sementara itu, Vodafone Group Plc bulan lalu mengatakan pihaknya telah berhenti membeli perlengkapan inti (core gear) produksi Huawei.
Seorang sumber yang enggan disebutkan identitasnya engatakan kepada Bloomberg bahwa dalam sebuah pertemuan antara pemerintah dan operator jaringan telekomunikasi, bulan lalu di Jerman, muncul satu ide yang akan dipertimbangkan.
Ide tersebut yakni upaya untuk memberikan akses penuh kepada negara untuk mengatur sistem keamanan melalui source code para pemasok termasuk Huawei, Ericsson AB, dan Cisco Systems Inc.
Jika proposal pengawasan ini gagal dan Huawei secara resmi dilarang untuk ikut serta dalam pengembangan jaringan, Deutsche Telekom memperkirakan penundaan dua tahun untuk membangun 5G di Eropa.
"[Jika Eropa] mencoret Huawei dari daftar vendor perangkat teknologi maka peluncuran 5G dapat terlambat hingga 18 bulan," ujar seorang narasumber dari perusahaan telekomunikasi besar di Eropa, seperti dikutip oleh Bloomberg, Senin (18/2).
Dengan proyeksi masa depan 5G di Eropa yang semakin suram, operator di kawasan tersebut nampaknya belum siap untuk melepas diri dari ketergantungan terhadap produk Huawei.
BT saat ini diketahui tengah membangun jaringan 5G dengan asumsi bahwa Huawei akan ikut terlibat sambil mempelajari opsi kontigensi yang mencantumkan calon pemasok lain.
Satu hal yang sedang banyak dibicarakan saat ini adalah teknis pengujian dan biaya terkait produksi perkakas 5G milik Huawei agar kompatibel dengan kit 4G milik Nokia dan Ericsson, rival Huawei di Eropa.
"Jika dibandingkan dengan Huawei, operator memandang bahwa teknologi milik Ericsson dan Nokia berada satu tahun di belakang pengembangan produk 5G atau sedikit ketinggalan jaman," ujar Guy Peddy, analis di Macquarie.
Nokia dan Ericsson mengatakan Huawei tidak memiliki keunggulan produk yang sama dan mereka berdua sudah mempromosikan peralatan 5G ke pasar.
Chief Executive Officer Ericsson, Borje Ekholm, dalam sebuah postingan blog, mengatakan Eropa tidak bergerak secepat pasar lain karena kurangnya spektrum, biaya spektrum tinggi dan regulasi yang berat.
"Kami percaya diri dapat meningkatkan kualitas dan kapabilitas produk 4G dari vendor mana saja menjadi 5G," ujar juru bicara Nokia, Eric Mangan.
Saat ini, skenario terburuk bagi perusahaan telekomunikasi di Eropa adalah jika pemerintah meningkatkan keamanan dengan melarang penggunaan perangkat 4G milik Huawei yang sudah terlanjur tersebar di beberapa negara di Eropa.
Meskipun sejumlah analis mengatakan hal itu kemungkinan besar tidak akan terjadi, catatan internal Deutsche Telekom menyebutkan bahwa kebijakan berlaku surut ini dapat menyebabkan beban hingga miliaran euro.
Konsultan Bengt Nordstorm di Stockholm mengatakan, jika pemerintah Eropa mengambil langkah perventif tersebut maka seluruh ekosistem ponsel di kawasan ini akan mengalami gangguan masif.