Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia telah menyatakan keinginan untuk membantu proses identifikasi pelaku bom bunuh diri di Jolo, Provinsi Sulu.
Ledakan ganda yang terjadi di Gereja Katedral Our Lady of Mt. Carmel Cathedral pada Minggu (27/1/2019) lalu menewaskan setidaknya 22 orang dan melukai puluhan lainnya.
Beberapa waktu lalu, Ano menyatakan keyakinannya bahwa pelaku pengeboman adalah dua orang yang berasal dari Indonesia. Informasi itu ia sampaikan meskipun belum ada bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan WNI. Adapun proses identifikasi masih dilakukan otoritas setempat dan Ano mengaku memperoleh info itu dari sumber intelijen yang ia tidak jelaskan secara gamblang.
Ano mengungkapkan bahwa kedua WNI itu adalah sepasang suami istri yang dibimbing oleh kelompok Abu Sayyaf dan melancarkan aksi untuk menginspirasi teroris lokal.
"Proses identifikasi masih berjalan dan mungkin akan memakan waktu. Pemerintah Indonesia telah menyampaikan keinginan untuk membantu. Ledakan itu telah terkonfirmasi sebagai aksi bom bunuh diri," kata Ano sebagaimana diwartakan The Philippines Star, Selasa (5/2/2019).
Sementara itu, Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar Albayalde menyatakan pihaknya masih harus melakukan tes DNA terhadap dua potongan tubuh yang tak diketahui identitasnya. Ia menyatakan hasil tes ini akan memvalidisasi dugaan mengenai keterlibatan teroris asing.
"Kami akan cek DNA para korban tewas meskipun membutuhkan waktu yang lama. PNP juga berkoordinasi dengan otoritas Indonesia untuk mengidentifikasi pelaku pengeboman," ujar Albayalde.
Senada dengan pihak Filipina, Mabes Polri menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) untuk mengirim tim ke Filipina guna membantu proses identifikasi.
"Polri, Densus dan BNPT sudah siap berkoordinasi dengan (perwakilan) Kemenlu di sana untuk memastikan apakah benar itu (pelaku) orang Indonesia atau bukan," tuturnya, Rabu (6/2/2019).