Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2018, Pengeluaran Terbesar Google dan Facebook untuk Lobi

Dua raksasa teknologi asal AS, Google dan Facebook, mengeluarkan rekor terbesar pengeluaran untuk lobi pada tahun lalu, seiring dengan kebijakan Washington terhadap perusahaan teknologi besar (Big Tech) kian intensif.
Logo Facebook di kantor Facebook Indonesia/Bisnis-Dhiany Nadya Utami
Logo Facebook di kantor Facebook Indonesia/Bisnis-Dhiany Nadya Utami

Bisnis.com, JAKARTA—Dua raksasa teknologi asal AS, Google dan Facebook, mengeluarkan rekor terbesar pengeluaran untuk lobi pada tahun lalu, seiring dengan kebijakan Washington terhadap perusahaan teknologi besar (Big Tech) kian intensif.

Berdasarkan keterbukaan informasi federal, Google milik Alphabet Inc. mengeluarkan lebih dari US$21 juta untuk melobi Washington di sepanjang 2018. 

Adapun tahun lalu juga merupakan pertama kalinya CEO Google Sundar Pichai menghadap ke Kongres AS. Dia dipanggil untuk memberikan testimoni dan menjawab tuduhan bahwa pencarian dan algoritma yang digunakan Google telah bias dengan opini konservatif, yaitu pandangan yang selalu digemakan oleh Presiden AS Donald Trump.

Perusahaan teknologi mesin pencari tersebut tercatat mengeluarkan sebanyak US$4,9 juta dalam tiga bulan terakhir. Secara keseluruhan, pengeluarannya untuk melobi telah melampaui rekor pengeluaran tahunan sebelumnya sebesar US$18 juta pada 2017.

Selanjutnya, dalam berkas filling yang dikutip Bloomberg, Rabu (23/1/2019),Facebook mengeluarkan hampir US$13 juta untuk kegiatan lobi. 

Adapun beberapa di antaranya adalah untuk membiayai lobi ketika perusahaan terkena skandal privasi data pengguna dan kerentanan data, serta ketika CEO Facebook Mark Zuckerberg dipanggil untuk testimoni di Kongres AS.

Selama tiga bulan terakhir, Facebook telah mengeluarkan US$2,83 juta. Sebagai perbandingan, perusahaan hanya mengeluarkan lebih dari US$11,5 juta untuk melobi pada 2017.

Adapun, industri teknologi memang memiliki alasan untuk meningkatkan biaya lobi-nya pada tahun lalu.  Pasalnya, perusahaan menghadapi sejumlah ‘perselisihan’ dengan kongres dan pengetatan aturan akibat sejumlah skandal privasi. 

Belum lagi masalah yang sensitif terhadap politik, yaitu keterkaitan Rusia yang menggunakan paltform media sosial untuk memasang propaganda yang dimaksudkan untuk mempengaruhi Pemilu Presiden AS pada 2016.

Sementara itu, beberapa kritikus untuk industri teknologi juga menilai industri tersebut telah tumbuh terlalu besar dan terlalu kuat. Oleh karena itu, para politisi dan organisasi yang saling berada di sisi yang berbeda membuat industri teknologi terpecah-pecah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper