Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korban Tsunami Perlu Mendapat Terapi Psikis

Korban tsunami Selat Sunda perlu mendapatkan terapi psikis atau kejiwaan guna mencegah depresi berkepanjangan yang berdampak buruk terhadap kualitas dan produktivitas masyarakat.
Warga melintasi reruntuhan rumah yang hancur akibat tsunami di kampung nelayan Teluk, Labuan, Pandeglang, Provinsi Banten pada Rabu (26/12/2018)./Antara-Akbar Nugroho Gumay
Warga melintasi reruntuhan rumah yang hancur akibat tsunami di kampung nelayan Teluk, Labuan, Pandeglang, Provinsi Banten pada Rabu (26/12/2018)./Antara-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, PANDEGLANG – Korban tsunami Selat Sunda perlu mendapatkan terapi psikis atau kejiwaan guna mencegah depresi berkepanjangan yang berdampak buruk terhadap kualitas dan produktivitas masyarakat, kata seorang relawan.

"Kami berharap para korban tsunami itu menerima terapi atau bimbingan kejiwaan agar mereka kembali pulih pada kehidupan normal," kata Suswanto, relawan dari Jakarta saat mengunjungi Labuan, Pandeglang, Selasa (1/1/2019).

Dia memastikan banyak korban tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018 itu kini mengalami depresi karena harta bendanya hilang ataupun rusak serta ketakutan ancaman bencana.

Mereka yang semula strata ekonominya cukup baik, dengan adanya bencana kehidupanya menjadi terpuruk. Dia memberi contoh seorang juragan ikan juga memiliki kapal, tetapi kondisi kapal miliknya rusak berat.

Begitu pula masyarakat yang memiliki rumah bagus, harta berharga, dan kendaraan, tetapi seketika hancur bahkan hilang. Di samping itu, ketakutan membayangi jiwa mereka pascatsunami.

Oleh karena itu, tuturnya, mereka yang terdampak tsunami perlu mendapat terapi psikis maupun bimbingan keagamaan untuk memulihkan kejiwaan korban.

Dia mengatakan apabila mereka tidak dilakukan terapi dan bimbingan dikhawatirkan, akan muncul depresi berat. "Kami yakin melalui terapi dan bimbingan itu bisa mengembalikan kehidupan normal," ucap Suszwanto.

Samsudin, warga Panimbang, mengatakan ada warga yang terdampak tsunami di wilayah itu meninggal dunia pada hari kedua pascatsunami.

Padahal, katanya, dia sehari sebelumnya sudah mengungsi dan hari kedua pulang kembali ke rumah yang jaraknya berjauhan dengan pantai. Namun, saat menerima kabar air laut naik dan sirine tanda bencana berbunyi, kejiwaanya terganggu hingga tak sadarkan diri dan meninggal dunia.

"Korban itu dipastikan terganggu kejiwaanya karena ketakutan, sehingga perlu adanya terapi psikis dan bimbingan keagamaan," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper