Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Longsor Bawah Laut Anak Krakatau tak Terdeteksi Seismograf, Tsunami pun Datang tanpa Peringatan Dini

Longsoran kaki Gunung Anak Krakatau di bawah laut tak terdeteksi seismograf, sehingga tsunami pun melanda Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan tanpa ada peringatan dini.
Letusan Gunung Anak Krakatau terlihat dari foto udara yang diambil dari pesawat Cessna 208 B Grand Caravan milik Maskapai Susi Air di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Letusan Gunung Anak Krakatau terlihat dari foto udara yang diambil dari pesawat Cessna 208 B Grand Caravan milik Maskapai Susi Air di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, BANDUNG – Longsoran kaki Gunung Anak Krakatau di bawah laut tak terdeteksi seismograf, sehingga tsunami pun melanda Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan tanpa ada peringatan dini.

Hal itu disampaikan Kristianto, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Bagian Barat PVMBG  (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).

“Untuk merontokan bagian tubuh Gunung Anak Krakatau yang longsor ke bagian laut, diperlukan energi yang cukup besar. Ini tidak terdeteksi oleh seismograf di pos pengamatan. Masih perlu data-data untuk dikorelasikan antara letusan gunung api dengan tsunami," katanya Senin (24/12/2018)  dilaporkan Antara.

Kristianto menambahkan ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan gelombang besar hingga terjadi tsunami seperti pergeseran lempeng, letusan besar gunung api, maupun longsoran besar yang masuk ke dalam kolom air laut.

Namun berdasarkan alat pemantauan gunung Anak Krakatau, tidak ada aktivitas vulkanik yang menunjukan gejala letusan besar maupun longsoran tubuh Anak Krakatau ke laut.

"Kalau sementara ini kami dengan tim dari gempa bumi dan tsunami PVMBG, masih menduga itu bahwa itu diduga oleh kejadian adanya longsoran. Tapi bukan dipermukaannya tapi di tubuh Gunung Anak Krakatau," ucapnya.

Longsor Bawah Laut Anak Krakatau tak Terdeteksi Seismograf, Tsunami pun Datang tanpa Peringatan Dini

Longsor di kaki Anak Krakatau di bawah permukaan laut menyebabkan deformasi atau perubahan seluas 64 hektare dengan lebar 357 meter dan panjang 1.800 meter di gunung itu. Longsor itulah yang menjadi pemicu Tsunami Selat Sunda pada Sabtu malam (22/12/2018). Foto: @PTPSW_BPPT
 

Saat ini, letusan Gunung Anak Krakatau masih bertipe strombolian dan statusnya level II atau Waspada. Gunung tersebut mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018.

Menurut dia, pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau saat ini terkendala cuaca.

"Pemantauan kami masih terkendala cuaca sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian," ujarnya.

Menurut Kristianto, pemantauan tersebut dilakukan untuk memastikan dugaan adanya longsoran bawah laut yang berasal dari tubuh Gunung Anak Krakatau hingga menyebabkan gelombang besar di perairan Selat Sunda pada Sabtu.

Untuk mengecek dugaan adanya longsoran, tim akan melakukan pemantauan melalui citra morfologi Gunung Anak Krakatau. Selain itu, upaya penyelaman harus dilakukan untuk mengetahui adanya material yang terbuang ke kolom air laut.

Berdasarkan rekaman seismograf tanggal 23 Desember 2018 tercatat, gempa tremor menerus dengan amplitudo 10-58 milimeter, dominan 50 milimeter.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Sutarno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper