Kabar24.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengomentari pernyataan calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto soal kepunahan Indonesia apabila pasangan itu tidak terpilih sebagai pemimpin ke depan.
Menurut Wapres Kalla siapapun yang nanti memimpin Indonesia setelah memenangkan Pemilihan Presiden 2019 akan menjamin keberlangsungan Indonesia.
Sebelumnya, Prabowo Subianto menyebut Indonesia bakal punah jika dirinya dan calon wakil presiden Sandiaga Uno tak terpilih dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2019.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo dalam acara Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Senin (17/12/2018).
“Siapapun yang memerintah tidak akan Indonesia punah, siapapun, karena kita semua bersama-sama ingin membangun bangsa ini, tidak ada yang ingin mencelakakan bangsa ini, siapapun,” katanya, di Kantor Wakil Presiden RI, Kamis (20/12/2018).
Apa lagi, kata dia, jika Presiden Joko Widodo terpilih kembali. Visi Indonesia harus lebih maju.
“Kalau Pak jokowi menang pasti juga keinginannya ingin bangsa ini maju, dan tidak ada seperti itu [Indonesia punah],” lanjut Wapres Kalla.
Berikut adalah penggalan pidato Prabowo dalam acara tersebut.
“Jadi saudara, sudah dikatakan, kita merasakan getaran rakyat, kita merasakan rakyat ingin perubahan, rakyat ingin perbaikan, rakyat ingin pemerintah yang bersih dan tidak korupsi. Betul? (Betul). Karena itu kita tidak bisa kalah. Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah, negara ini bisa punah. Karena elite Indonesia selalu mengecewakan, selalu gagal menjalankan amanah dari rakyat Indonesia.
Dalam pidato itu, yang menjadi dasar argumen Prabowo adalah kasus korupsi di Indonesia yang sudah cukup parah. Namun, Wapres Kalla menyebut saat ini penanganan masalah korupsi di Indonesia adalah yang paling keras di dunia.
“Kalau dari segi penindakan, ada 9 menteri yang masuk penjara, ada 19 gubernur masuk penjara, ada puluhan bupati, pejabat dan sebagainya, ada puluhan, itu luar biasa, salah satu tindakan antikorupsi yang menurut saya yang terkeras di antara negara-negara di dunia ini,” tuturnya.
Dia pun menjelaskan, dengan maraknya penangkapan koruptor tersebut efeknya isu korupsi makin besar pula. Sebelumnya, tidak demikian sehingga seolah kasus korupsi lebih sedikit dari saat ini.
“Ini [isu korupsi] makin besar karena makin banyak orang ditangkap, tidak berarti makin banyak korupsi. Karena makin intensifnya gerakan antikorupsi, makin kelihatan siapa koruptor.”